Mohon tunggu...
Dadan .
Dadan . Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya adalah pria biasa saja yang tumbuh semakin besar di lingkungan yang serba biasa, ^_^ anda bisa memanggil saya dengan sebutan pakar, atau dermawan ilmu. Yah, anda bisa bertanya kepada saya tentang hal apa saja khususnya dunia komputer karena itu adalah bidang yang saya geluti. Saya senang berdiskusi tentang hal-hal yang berguna. Namun kalau ngomongin masalah gosip. Ntar dulu deh, he-he. Bukannya apa-apa, terlalu banyak dari kita yang terlalu mempermasalahkan kehidupan orang lain tanpa memikirkan kemajuan hidupnya sendiri. Kalau anda telah membaca artikel saya sampai paragraf ini, itu menandakan bahwa anda punya potensi untuk menjadi kaum Intlektual. Apakah kaum Intlektual akan membicarakan hal yang tidak berguna?

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tunduk Pada Partai, Jokowi Bukan Pemimpin yang Berani

23 Desember 2013   23:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:33 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rakyat Indonesia kalau tetap memaksa jokowi menjadi presiden di waktu yang cepat, terkesan kalau Bangsa Indonesia hanya mengandalkan satu orang saja. Padahal sebuah negara bisa maju kalau semua komponen bangsanya bersinergi untuk memajukan negaranya sendiri. Jokowi dalam pandangan saya hanya manusia biasa, belum tentu juga beliau bisa memimpin bangsa ini dengan baik kalau komponen bangsanya tidak ikut bersinergi.

Hanya mendukung  Jokowi pada Pilpres namun tidak mendukung kinerjanya saat memerintah sama saja bohong. Apa yang mau diharapkan dari seorang Jokowi yang manusia biasa kalau rakyatnya hanya mau terima beres  tanpa mendukung program-programnya.

Itulah yang terjadi di jakarta sekarang. Rakyat Jakarta kalau menurut saya banyak yang hanya mendukung Jokowi pada Pemilihan gubernur saja, namun kalau disuruh mendukung programnya seperti sterilisasi jalur busway banyak yang melanggar. Jadi buat apa?

Ini juga pertimbangan buat pak Jokowi, boleh jadi semua rakyat Indonesia sekarang berharap bapak menjadi pemimpin bangsa ini. Namun apakah bapak yakin mereka semua bisa mendukung program-program bapak ketika menjadi presiden kelak.

Menurut saya bapak juga harus berani menagih janji kepada rakyat. Selama ini saya melihat banyak rakyat yang hanya mau menagih janji kepada pemimpin. Tapi kalau bapak jokowi berbeda, beranikah bapak menagih janji kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mendukung program bapak saat memerintah.

Masuk akal kalau selama ini banyak calon presiden yang menawarkan janji manis kepada rakyat, karena para pemimpin mengharap dukungan suara dari rakyat. Tapi keadaan bapak mungkin berbalik. Kan kalau selama ini rakyat yang mengharapkan bapak maju, boleh dong bapak menagih janji kepada mereka?

Kalau pak Jokowi yang dulunya pengusaha harusnya tahu kondisi win-to-win. Pak Jokowi menjadi capres dalam hal ini kalau tidak mau menagih janji kepada rakyat, berarti posisi bapak yang loser. Dalam transaksi bisnis harusnya kedua belah pihak merasakan manfaat yang sama. Kalau Pak jokowi dalam hal ini hanya berusaha menepati janji saat kampanye namun tanpa jaminan rakyat yang mendukung buat apa jadi pemimpin? Kan hanya membuang energi saja. Ibaratnya mana ada para pengusaha yang mau berurusan bisnis dengan klien yang mau enaknya saja.

Rakyat bukan raja pak Jokowi, mereka itu seperti anggota team dalam perusahaan Anda dulu. Kalau Pak Jokowi punya karyawan, lalu karyawan bapak menyuruh untuk melakukan apa yang sebenarnya merugikan perusahaan, pastilah karyawan itu bapak pecat atau di beri arahan. Begitu pula Indonesia ini, atau saya bilang Jakarta ini yang perlu di prioritaskan dahulu.

Pada paragraf ini, sudah keluar semua uneg-uneg saya. Senangnya tinggal di negara yang memberi kesempatan rakyatnya hak untuk berkespresi  pada berbagai media. Teserah skenario politiknya mau dibuat seperti apa kedepannya. Saya juga gak tahu kedepannya jadi atau gak pak Jokowi nyapres, bisa jadi panggung politik ini seperti drama. Yang diharapkan mendapat ending bahagia, malah di luar dugaan penonton yang mendapat ending sedih. Ini tergantung dari pihak penyelenggara operanya atau dalam hal ini pak Jokowi dan partainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun