Mohon tunggu...
Rachmat Hidayat
Rachmat Hidayat Mohon Tunggu... Sejarawan - Budayawan Betawi

a father, batavia, IVLP Alumni 2016, K1C94111, rachmatkmg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Apa & Dimana Kemang (Pelurusan Sejarah)

2 Desember 2015   15:27 Diperbarui: 2 Desember 2015   16:21 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi sebagian ekspatriat, alias bule yang bekerja di Jakarta, mendengar nama Kemang tentu tidak asing di telinga mereka. Banyak ekspatriat yang tinggal di Jakarta memilih Kemang sebagai tempat tinggalnya. Wilayah ini memang cocok untuk hunian. Hanya berjarak lebih kurang 5 kilometer dari pusat bisnis dan perwakilan kantor-kantor asing di Jakarta --Sudirman dan Rasuna Said-- Kemang menyajikan kenyamanan dan ketenangan. Selain Menteng, Jakarta Pusat, di kawasan Kemang Dalam misalnya, akan ditemukan suasana yang nyaman, tenang, dan sejuk rindang, yang akan membuat mereka yang tinggal merasakan kebanggaan tersendiri berada dalam salah satu lingkungan prestise Jakarta.  

Menyusuri sepanjang jalan Kemang Raya akan tampak gemerlap suasana kehidupan yang dinamis. Deretan tempat usaha mulai dari hotel, bank, sekolah, tempat makan, café, dan toko-toko yang menyajikan beragam kebutuhan bagi kalangan sosialita Jakarta dapat dijumpai di hamparan jalan sepanjang 2 kilometer ini. Bahkan, kebutuhan untuk memanjakan hidup, mulai dari perawatan tubuh hingga perawatan hewan dan kendaraan ada di sini. Kemang boleh dikatakan the downtown never sleep.

Sebagian dari kita banyak yang tidak mengetahui di manakah Kemang berada, dalam arti, Kemang masuk wilayah mana? Mereka menyangka Kemang itu juga adalah nama kelurahan di Jakarta. Maklum saja, mereka tidak mengenal wilayah Bangka, yang menjadi nama sebuah kelurahan yang menaungi kawasan Kemang. Kemang lebih terkenal ketimbang Kelurahan Bangka itu sendiri. Padahal, tidak ada kelurahan Kemang, namun yang ada Kelurahan Bangka. Ya, Kemang berada di Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Nama Kemang sendiri berasal dari pohon Kemang, sejenis pohon mangga yang tingginya beberapa meter dan berdaun lebat yang dulunya banyak dijumpai di kawasan Kemang. Namun sayangnya, saat ini tidak dijumpai sama sekali pohon kemang.

Kawasan Kemang sendiri dulunya hanya mempunyai 2 (dua) kampung, Yakni Kampung Kemang dan Kampung Kebon. Kampung Kemang terbentang mulai dari Kem-Chic sampai dengan Jalan Kemang Selatan I. Lalu dari Jl. Kemang Selatan I kearah selatan menyusuri Jl. Kemang Raya hingga Jl. Kemang Selatan dinamakan Kampung Kebon. ‘Pusat pemerintahan atau pusat keramaian’ Kampung Kebon ada disekitar Jl. Kemang Selatan IX, persisnya dekat dengan Musholla Al-Istiqomah. Dulunya, bila kita naik kendaraan umum dari Blok M atau dari Pasar Minggu, maka bila kita hendak turun di (saat ini) Jl. Kemang Selatan IX dan X, maka kenek akan berteriak: “Kebon kebon…” Sedangkan pusat keramaian Kampung Kemang ada disekitaran Mc-Donald saat ini, dan kenek biasanya menyebut: “Kemang satu Kemang satu..”

Semula, sekitar tahun 60-an, kawasan ini adalah wilayah satelit penyangga dari wilayah Kebayoran Baru, suatu kawasan yang mulai dikembangkan pada tahun 50-an. Jalan raya yang dibangun --menuju arah kota-- pada masa itu hanya sampai Jalan Prapanca (Kebayoran Baru) yang langsung berbatasan dengan pinggir Kali Krukut dan belum tembus sampai Kemang. Saat itu, bila hendak ke ‘kota’ maka penduduk Kemang terpaksa harus menyebrangi Kali Krukut yang berarus deras saat musim penghujan tiba. Seiring dengan perkembangan kota yang mengarah ke selatan, kawasan perkebunan ini mulai dilirik oleh para ‘pengembang’ untuk dikembangkan sebagai tempat tinggal dan hunian untuk kaum menengah keatas. Ini lantaran masih rimbunnya kawasan ini dengan pepohonan dan rumah-rumah penduduk asli Betawi dengan pekarangan yang lebar serta luas, dan yang terutama adalah letaknya yang tidak jauh dengan pusat kota (Jl. Sudirman dan JL. Rasuna Said) 

Perkembangan kawasan Kemang bermula sekitar tahun 70-an saat terjadi pembangunan perumahan secara besar-besaran di kawasan --yang saat ini dikenal dengan nama-- Jalan Kemang Dalam. Tak mau kalah dengan pengembang, maka warga pribumi Kemang pun mengontrakkan tanahnya kepada pemilik modal agar dibangun menjadi rumah gedung untuk disewakan kepada para ekspatriat yang ada di Jakarta. Paling kecil, satu kavling hunian di Kemang seluas rata-rata 1000 meter persegi, suatu luasan yang sangat cocok untuk para expatriate tinggal dan bermukim.


Maka, makin banyaklah hunian untuk ekspatriat yang tersedia. Kini, 40 tahun kemudian, kawasan seluas 200 hektare ini menjelma menjadi tempat bisnis, hiburan, dan kuliner yang menyediakan aneka kebutuhan bagi kalangan sosialita dan ekspatriat yang ada di Jakarta.

Sejak tahun 2000-an Kemang menjadi salah satu tempat nongkrong favorit bagi sebagian expatriate dan anak muda Jakarta. Selain Kemang, tentu ada pula tempat favorit lainnya. Namun Kemang menawarkan nuansa dan atmosphere yang berbeda ketimbang lainnya. Banyaknya tempat makan dan café dengan style anak muda membuat Kemang menjadi pilihan yang menarik. Disini, sekelompok anak muda dan ekspatriat di akhir pekan kerap berkumpul menyeruput kopi, bercengkrama dengan sesama menghabiskan malam hingga pagi menjelang.

Kendati suasana jalan Kemang Raya telah jauh berubah dibanding sebelum tahun 90-an --saat belum bermunculnya beragam tempat usaha-- namun kawasan Kemang tetap menjadi hunian ekslusif dan nyaman bagi para ekspatriat yang tinggal di Jakarta.  Maka selain jalan Jaksa, Menteng, Jakarta Pusat, di Kemang lah kita akan menjumpai para bule berlalu lalang di jalan raya dengan nyamannya.

*Sumber: seperti yang dialami oleh penulis dan dikisahkan oleh para orang tua di Kemang. Sebagian isi pernah dimuat di Majalah all about Kemang, edisi Maret-April 2003

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun