Mohon tunggu...
Rachmanda Fikri
Rachmanda Fikri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang memiliki minat tinggi dalam dunia bahasa, pendidikan, literatur, olahraga, kebugaran, dan gaya hidup sehat. Aktif berbagi wawasan tentang keseimbangan antara akademik, kesehatan, dan hobi, serta berkomitmen untuk menginspirasi pembaca menuju kehidupan yang lebih bugar dan produktif. Mari berdiskusi dan bertukar pikiran!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tinjauan Sosio-Linguistik Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu: "Kesamaan, Perbedaan, dan Persepsi Masyarakat"

3 Juli 2025   16:21 Diperbarui: 3 Juli 2025   14:43 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

1. Satu akar Austronesia

Bahasa Melayu adalah lingua franca sejak era Kesultanan Melaka (abad ke-14). Bahasa Indonesia kemudian dibakukan dari dialek Riau–Jambi, sedangkan Bahasa Melayu standar berkembang di Semenanjung Malaysia, Brunei, dan Singapura 

2. Tingkat kesalingpahaman tinggi

Sekitar 80–90 % kosakata serumpun, menjadikan kedua bahasa saling dimengerti dalam pembicaraan harian atau teks formal 

Perbedaan Utama dan Dampaknya

1. Fonologi & Pelafalan

  • Vokal: Bahasa Indonesia cenderung vampor vokalnya tegas (anak – anak), sedangkan Bahasa Melayu lebih “lembut” dan ada kecenderungan penyesuaian (untuk → “untok”) .

  • Intonasi: Melayu lebih naik-datar (contoh: "kenapa" → "kenape") ling-

  • Indonesia banyak menyerap dari Belanda (~10.000 kata), termasuk kantor, universitas, ekspor 

  • Malaysia lebih banyak dipengaruhi Inggris dan Arab, misalnya pejabat, universiti, maklumat .

3. False Friends

  • Kata serupa tapi beda arti:

    • Boleh: “may / allowed” (ID), “can” (MY)

    • Bisa: “can” (ID), “poison” (MY)

    • Budak: “slave” (ID), “anak kecil” (MY)

    • Kereta: “kereta api” (ID), “mobil” (MY) 

Data Lapangan dan Realita Sosial

  • Dari The Jakarta Post:
    Soenjono Dardjowidjojo menyebut bahwa meski dulunya mutual intelligibility tinggi, kini mulai menurun karena perbedaan fonologi, morfologi, sintaksis, dan kosakata

  • Hasil survei mahasiswa internasional:
    Mahasiswa Indonesia di Malaysia sering mengalami kebingungan saat mendengar kata sejuk—di Malaysia berarti dingin sedangkan di Indonesia bisa berarti “segar” atau “angin” 

  • Dari Reddit:


    “Many Malay speakers can understand Indonesian, but many Indonesians struggle with Malay because English loanwords di Malay lebih banyak, dan Melayu terdengar ‘old‑fashioned’”

Kenapa Sering “Cemoohan”?

  1. Perbedaan identitas nasional
    Bahasa dihubungkan dengan kebanggaan nasional. Banyak orang merasa bahasanya “lebih benar” atau lebih unggul.

  2. Medan perbandingan populer
    Media sosial & hiburan sering menyoroti perbedaan lucu: “Budak” jadi topik trolling, “sejuk vs dingin” dibahas seolah budaya unik mereka .

  3. Kurangnya pemahaman sejati
    Meski paham kata dasar, banyak yang tak sadar false friends dan perbedaan fonetik sehingga kesal atau terasa aneh.

Solusi Bersahabat

  • Edukasi lintas-perbatasan
    Kerja sama melalui MABBIM untuk menyelaraskan kosakata & pelatihan media, pendidikan, penerjemahan 

  • Penerimaan budaya bahasa
    Mengedepankan apresiasi sambil tertawa jika ada miskom, bukan mempermalukan.

  • Terus bersosialisasi
    Terlibat dalam interaksi langsung—melalui pertukaran pelajar, media, film, musik—untuk memperkaya dan mengurangi kesalahpahaman.

Kesimpulan Ringkas

Intinya, Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia adalah saudara dekat yang cuma tampil beda gaya dan aksen. Cemoohan muncul karena perspektif sempit dan perbedaan kosakata, tapi dengan pemahaman dan interaksi hangat, kita bisa saling menghormati dan bahkan belajar satu sama lain.

Kalau kamu mau, kita bisa lanjut bahas contoh false friends lucu, strategi belajar kedua bahasa, atau rekomendasi film/lagu yang menampilkan perpaduannya. Supaya makin asyik dan paham!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun