Mohon tunggu...
Rachmah Dewi
Rachmah Dewi Mohon Tunggu... Penulis - DEW | Jakarta | Books Author | Certified Content Writer and Copywriter

Books Author | Certified Content Writer and Copywriter | Email: dhewieyess75@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hidup di Zaman yang Dinilai dari Tanda “Love” di Media Sosial

5 Oktober 2016   12:52 Diperbarui: 5 Oktober 2016   21:00 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.suara.com

2. Jangan sering-sering posting foto selfie di Path

Untuk yang kedua ini, biasanya saya banyak menemukan kasus pada teman-teman wanita saya yang hobi banget foto selfie. Iya, selfie boleh kok. Tapi, alangkah lebih baiknya kalau postingan foto selfie tersebut diarahkan kepada media yang cocok seperti instagram yang memang khusus memposting untuk foto. Kalau menurut saya, path adalah media sosial untuk berbagi momen atau pengalaman. Jadi kasihan nanti untuk teman-teman path-nya kan kalau sering-sering lihat foto selfie kita? Menurut penilaian kita wajah kita cantik atau ganteng, tapi menurut penilaian teman lain?

3. Jangan posisikan path sebagai twitter

Maksudnya gimana? Gini, maksudnya adalah: misalnya kita menghadiri acara yang menurut kita seru, tempatnya juga gaul dan kekinian. Tapi tahukah kalau sharing foto atau check-in tempat berkali-kali itu sangat annoying lho ternyata menurut beberapa penuturan dari orang-orang di sekeliling saya, misal:

“Just arrived at boyolali Club” 10:42pm

“Just meet my friends” 10:44pm

“Dangdut koplonya baru mulai nih” 10:47pm

Nah, kalau postingan-nya di path lebih banyak berformat seperti “Live Tweet” ya alangkah lebih baik kalau nulis nya di twitter saja, media yang jelas-jelas dikondisikan untuk menulis kalimat-kalimat dengan karakter maksimal 140 kata. Bukan begitu?

***

Ya. Pada dasarnya, sosial media itu baik jika digunakan untuk kebaikan. Posting saja hal-hal postif yang bisa memberikan nilai postif dan kebaikan juga di sekitar kita. Dan balik lagi, berdasarkan pengalaman pribadi saya, sahabat yang bener-bener sahabat atau bahasa keren nya “a Truly Best Friends” itu akan terlihat di usia-usia 21 tahun keatas. Akan terlihat mana yang cuma label “sahabat” saja mana makna nyata dari “sahabat” itu sendiri. Bukan sebatas dia yang memberikan liked atau voted paling banyak di akun path atau instagram yang kita punya, tapi sejauh mana sahabat-sahabat kita ada saat kita lagi membutuhkan support, yang tidak banyak alasan saat kita meminta jumpa untuk bertemu, karena seorang sahabat terbaik pasti selalu meluangkan waktu untuk ketemu sahabatnya, bukan?

Sumber gambar: www.goodmorningquotes.com
Sumber gambar: www.goodmorningquotes.com
Ya, sekian tulisan ringan dari saya. Mau di baca santai atau serius ya terserah saja. tapi, setelah baca ini, yang belum daftar Kompasianival 2016, yuk segera daftar! Acaranya tinggal menghitung hari loh! (DEW)

Salam Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun