Mohon tunggu...
Rachmat Pandji G
Rachmat Pandji G Mohon Tunggu... -

Seorang pecinta travelling dan dunia pariwisata Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ondel-ondel, Pengamen Jalanan dan Eksistensi Budaya yang Perlahan Tergerus Kemajuan Jakarta

25 April 2017   00:34 Diperbarui: 25 April 2017   10:00 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1. Agar suatu masyarakat dapat hidup langsung, maka harus ada suatu sintimen dalam jiwa warganya yang merangsang meraka untuk berperilaku sesuai dengan kebutuhan mereka.

2. Tiap unsur dalam sistem sosial dan tiap gejala atau benda yang dengan demikian mempunyai efek pada solidaritas masyarakat menjadi pokok orientasi dari sentimenn tersebut.

3. Sentimen itu ditimbulkan dalam pikiran individu warga masyarakat sebagai pengaruh hidup warga masyarakat.

4. Adat istiadat upacara adalah wahana dengan apa sentimen-sentimen itu dapat diekspresikan secara kolektif dan berulang pada saat tertentu.

5. Ekspresi kolektif dari sentimen memelihara intensitas itu dalam jiwa warga masyarakat dan bertujuan meneruskan tradisi tersebut kepada warga generasi berikutnya.

Dari penjelasan Redcliffe-Brown diatas, kita dapat memahami bagaimana pada akhirnya sentiment itu tetap hidup dan melahirkan sebuah identitas yang kemudian kelak juga akan diketahui oleh generasi selanjutnya tentang apa yang menjadi bagian dari dirinya. Dengan demikian, begitulah cara mereka melestarikan sebuah identitas kebetawian di zaman modern ini. Tentunya, ondel-ondel pun tak akan redup tergerus kemajuan zaman meski Jakarta semakin memperlihatkan kemajuan pembangunannya. Saya berharap semoga ondel-ondel tak lekang oleh waktu. Dimanapun mereka berada, semoga mereka akan hidup sampai generasi anak cucu kita. Yah mungkin bukan lagi sebagai ondel-ondel yang menakutkan, namun sebagai sosok ceria yang terus menghiasi senyum untuk kota Jakarta apapun kondisinya. Yah semoga. Dan malam ini terasa damai sekali. Malam yang menampakkan senyum menawan dibalik tirai hitam. Tak terasa pula teh yang kuminum telah habis. Ah mungkin sudah saatnya kembali dan beristirahat. Selamat malam Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun