Mohon tunggu...
Gading Cempaka
Gading Cempaka Mohon Tunggu... Guru - Gading Cempaka adalah nama salah satu tokoh atau karakter dalam legenda yang berasal dari daerah Bengkulu.

Menulis📝, adalah seni menuangkan isi hati ke dalam rangkaian kata-kata yang saling terhubung menjadi untaian cerita yang sarat dengan makna💞😍

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pangeran yang Berkhianat

22 November 2017   14:08 Diperbarui: 23 November 2017   11:31 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
4n4belajar.wordpress.com

Tiba-tiba datang seorang ibu, dia mengulurkan tangannya dan memberikan sebungkus  roti  kepada anakku.  Sejenak aku tertegun, sambil ku ucapkan terima kasih. Perempuan itu pun berlalu pergi, sambil tersenyum kepadaku. Aku tak tahu apa yang terjadi, mengapa perempuan itu memberikan roti ini? Sebenarnya apa yang ada dalam fikirannya? Ah, sudahlah...mungkin dia hanya kasihan melihat anakku.

Ku coba beranikan diri bertanya lagi, dan aku tak akan putus asa untuk bertanya. Ku hampiri sebuah warung di pinggir jalan, sambil ku sodorkan secarik kertas yang bertuliskan alamat suamiku. Beruntung aku kali ini, si bapak pemilik warung rupanya mengetahui keberadaan alamat tersebut.  Akhirnya dari terminal Pulo Gadung, aku naik metromoni  45. Betapa bahagianya aku saat ini, rasanya segala lelah dan laparku hilang seketika .

Di dalam metromini aku senyum-senyum sendiri, dan seperti pesan bapak tadi, aku harus turun di dekat halte bus...bus.., duh bus apa ya? Mengapa aku tak menulisnya ya tadi, tapi gimana lagi ...aku hanya ingat ada gasnya gitu. Lagi, ku beranikan diri bertanya kepada penumpang yang ada di depanku. Berterima kasih banyak aku dengan mba-mba ini, aku pun  turun di halte TU gas....

Bingung, bingung,  dan bingung....aku tak tau ini dimana.  Ah, sudahlah..kalu aku tak berani untuk terus bertanya, maka aku tak akan pernah menemukan suamiku...ujarku bersemangat di dalam hati. Seseorang yang aku tanyai bersedia mengantarku ke rumah yang ada di alamat ini. Dan memang tak jauh masuk ke dalam perumahan-perumahan. "Terima kasih banyak ya , Bu". Aku dan anakku berdiri di depan pintu gerbang yang tinggi dan kokoh.  Tak sedikitpun aku dapat melihat ke dalam. Pintu tertutup rapat. Duuuh, lewat mana, ya?" Sesaat aku mondar mandir, dan  ku ketok pintu itu berulang-ulang. Karena tak ada jawaban dari dalam, aku putuskan untuk memanggil suamiku....

Aku terkaget, dan sesaat pintu yang kokoh itu terbuka. Muncullah seorang laki-laki berperawakan tinggi berseragam biru tua. Rupanya dia satpam di tumah gedong ini. Dia terus menanyakan keperluanku. Tanpa perlu lama-lama aku pun menanyakan keberadaan suamiku....

Sayang sekali, satpam ini tak bersahabat denganku. Entah apa gerangan, ketika aku sebutkan nama suamiku, satpam ini langsung menyuruhku untuk pergi...dan dia bersegera menutup pintu gerbang megah ini. Tapi aku tak menyerah begitu saja, karena aku tak tahu ada apa ini. Satpam ini hanya berkata sedikit saja.

"Buu, suami ibu sudah lama tidak di sini..dan sebaiknya ibu segera pergi, karena kalau ketahuan bos ...saya bisa berabeh deh bu....makasih".

Kraaaang...seketika suara keras menghentak ke angkasa, saat pintu itu ditutup. Aku bingung..anakku menangis....duuuh Gusti, apa yang harus aku lakukan. Ada apa sih sebenarnya ini? Begitu banyak pertanyaan dalam kepalaku...ini semakin membuatku sakit kepala....lapar, kesal, lelah, semua jadi satu.

Aku dan anakku duduk di bawah pohon rindang di pinggir jalan. Aku memesan semangkok bakso  dan 2 gelas air minum kecil...cukuplah fikirku. Yang penting perutku terisi.

Aku masih mengamati rumah besar itu. hari pun semakin sore. Tiba-tiba, sedan vios berhenti di gerbang rumah tersebut. Seorang laki-laki berkemeja rapi, dan berkacamata hitam ala pengusaha sukses turun menghampiri gerbang dan memencet bel. Dari jauh aku merasa bahwa aku kenal dengan gelagat tubuh itu.

"Itu suamikuuuu....!!" Aku berteriak kencang. Membangunkan anakku yang tidur sedari tadi. Sontak aku bangkit dari tempat duduk. Aku berlari menghampiri laki-laki itu sambil kusebut namanya, "Mas Bagus, maaas...maaaas....."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun