Kondisi ini memperlihatkan adanya miskonsepsi besar. Generasi Z kerap menyamakan kurus dengan sehat, padahal tubuh yang kekurangan energi kronis justru berisiko tinggi terhadap berbagai penyakit kronis. Praktik diet tanpa pengawasan medis, gaya hidup yang tidak seimbang, serta pengaruh media sosial yang membentuk standar tubuh tidak realistis membuat masalah ini semakin berbahaya. Selain itu, faktor struktural seperti keterbatasan ekonomi, akses terhadap pangan bergizi, dan layanan kesehatan juga berperan dalam tingginya angka KEK.
KEK bukan sekadar masalah estetika, melainkan sebuah alarm kesehatan yang serius. Generasi Z perlu memahami bahwa berat badan ideal tidak hanya berarti kurus, melainkan tubuh yang sehat dengan asupan gizi seimbang dan kondisi fisik serta mental yang baik. Bagi pembuat kebijakan, perlu adanya penguatan program edukasi gizi remaja, akses pangan bergizi yang lebih merata, serta kampanye publik untuk melawan standar tubuh yang keliru. Hanya dengan cara itu, masalah KEK dapat diatasi bersamaan dengan tantangan obesitas, sehingga generasi muda Indonesia dapat tumbuh dengan sehat, produktif, dan berdaya saing.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI