Mohon tunggu...
BilalL Abdulloh
BilalL Abdulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa

LIHATLAH APA YANG DI KATAKAN, JANGAN MELIHAT SIAPA YANG MENGATAKAN

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Digital Mindset Sebagai Determinan Kunci Keberhasilan Kepemimpinan di Tengah Transformasi Industri 4.0

16 Oktober 2025   16:45 Diperbarui: 16 Oktober 2025   16:50 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk mengatasi ini, organisasi harus berinvestasi secara masif dalam program peningkatan keterampilan (upskilling) dan pelatihan ulang (reskilling) bagi karyawan yang ada. Ini jauh lebih efektif secara biaya dan budaya daripada hanya mencoba merekrut talenta dari luar. Program pembelajaran harus dirancang secara berkelanjutan dan terintegrasi dengan alur kerja, bukan hanya pelatihan satu kali. Selain itu, strategi rekrutmen juga harus diubah untuk tidak hanya mencari keterampilan teknis, tetapi juga atribut-atribut soft skill yang mencerminkan digital mindset, seperti kemampuan belajar, keingintahuan, dan kemampuan beradaptasi.

Tantangan ketiga berkaitan dengan sistem dan proses warisan (legacy systems and processes). Banyak perusahaan besar terbebani oleh infrastruktur IT yang usang, arsitektur data yang monolitik, dan proses kerja yang dirancang untuk era industri. Sistem-sistem ini seringkali tidak fleksibel, sulit diintegrasikan dengan teknologi baru, dan menghambat kemampuan organisasi untuk bergerak cepat. Proses seperti penganggaran tahunan yang kaku dan metrik kinerja yang hanya menghargai efisiensi jangka pendek juga dapat menghambat inovasi dan eksperimentasi yang menjadi inti dari digital mindset.

Mitigasinya memerlukan pendekatan dua kecepatan (two-speed approach). Di satu sisi, organisasi harus secara bertahap memodernisasi sistem inti mereka. Di sisi lain, mereka harus menciptakan "jalur cepat" atau unit inovasi terpisah yang dapat beroperasi di luar kendala proses warisan, memungkinkan mereka untuk mengembangkan dan meluncurkan produk atau layanan digital dengan cepat. Model penganggaran juga perlu diubah menjadi lebih fleksibel, misalnya dengan mengadopsi model pendanaan ventura internal yang memungkinkan alokasi sumber daya secara dinamis ke inisiatif yang paling menjanjikan. Metrik Kinerja Kunci (KPI) harus direvisi untuk memasukkan indikator-indikator yang terkait dengan pembelajaran, kecepatan eksperimen, dan kepuasan pelanggan digital.

Kesimpulan

Era bisnis berbasis teknologi menuntut lebih dari sekadar adopsi perangkat lunak atau platform baru, ia menuntut perombakan fundamental dalam cara berpikir, terutama di tingkat kepemimpinan. Esai ini telah berargumen bahwa digital mindset telah menjadi kunci absolut bagi kepemimpinan yang efektif dan relevan di abad ke-21. Paradigma berpikir ini, yang dibangun di atas pilar agilitas, orientasi pada data, obsesi pada pelanggan, dan kolaborasi, memungkinkan seorang pemimpin untuk menavigasi kompleksitas dan memanfaatkan peluang yang dihadirkan oleh disrupsi digital.

Telah ditunjukkan bahwa dampak dari pemimpin yang memiliki digital mindset bersifat transformatif. Mereka tidak hanya membuat keputusan strategis yang lebih cerdas dan berwawasan ke depan, tetapi juga bertindak sebagai katalisator inovasi dengan menciptakan budaya yang aman untuk bereksperimen dan belajar dari kegagalan. Yang terpenting, mereka membentuk kembali DNA budaya organisasi menjadi lebih adaptif, resilien, dan siap untuk evolusi berkelanjutan. Meskipun tantangan dalam implementasinya nyata mulai dari resistensi budaya, kesenjangan keterampilan, hingga sistem warisan tantangan-tantangan ini dapat diatasi melalui kepemimpinan yang berkomitmen, komunikasi visi yang jelas, investasi dalam sumber daya manusia, dan modernisasi proses secara strategis.

Pada akhirnya, transformasi digital adalah perjalanan kepemimpinan. Teknologi hanyalah enabler atau pemungkin; manusialah yang menjadi penggeraknya. Organisasi yang akan memimpin di masa depan adalah mereka yang dipimpin oleh individu-individu yang tidak hanya memahami teknologi, tetapi juga telah menginternalisasi etos dunia digital. Oleh karena itu, investasi terbesar dan paling mendesak yang dapat dilakukan oleh setiap organisasi saat ini adalah pengembangan digital mindset pada jajaran pemimpinnya. Ini bukan lagi pilihan, melainkan sebuah imperatif strategis untuk kelangsungan hidup dan kemakmuran di era di mana perubahan adalah satu-satunya konstanta.

 

Daftar Pustaka

Bennett, N., & Lemoine, G. J. (2014). What VUCA Really Means for You. Harvard Business Review, 92(1/2), 27.

Dweck, C. S. (2006). Mindset, The New Psychology of Success. Random House.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun