Mohon tunggu...
Quiny Fabila Tasya
Quiny Fabila Tasya Mohon Tunggu... Lainnya - 20

If you don’t like where you are. Move you’re not a tree

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya Kemunculan Bisnis Baru di Tengah Pandemi Covid-19

26 Juni 2021   16:08 Diperbarui: 26 Juni 2021   17:01 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi Covid-19 telah berlangsung selama lebih dari satu tahun. Kondisi ini telah menyebabkan perubahan yang cukup signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, bahkan dapat dikatakan perubahan tersebut terjadi secara berantai. Terjadinya perubahan kondisi akibat kemunculan virus Covid-19 ini telah menggemparkan dunia. 

Pada setiap individu tentunya perubahan kondisi seperti ini bukan merupakan suatu hal yang lazim. Sebelum adanya pandemi ini, orang terbiasa melakukan aktivitasnya setiap hari dengan bertemu dan bersapa dengan orang lain untuk bekerja, sekolah, belanja, hingga ke tempat-tempat hiburan. Setiap orang tidak merasa khawatir untuk bersentuhan fisik dengan orang-orang yang mereka temui, mereka jarang berpikir akan terjangkit suatu penyakit.

            Setelah adanya pandemi covid-19, pemerintah merancang kebijakan baru yang kita kenal dengan istilah new normal. Definisi new normal menurut Pemerintah Indonesia adalah tatanan baru untuk beradaptasi dengan COVID-19 . Kebijakan tersebut salah satunya adalah menjaga jarak fisik dengan orang lain dan mengurangi pertemuan dengan orang lain. Tatanan kebijakan baru ini mengakibatkan berkurangnya pemasukan dalam sektor usaha, tentu ada banyak hal yang mempengaruhi bisnis di masa seperti ini. Salah satu penyebabnya adalah konsumen menjadi jarang keluar, hanya belanja seperlunya, dan melakukan berbagai transaksi via online.

            Karena hal ini, berbagai aktivitas bisnis mesti dilakukan secara jarak jauh. Sehingga, banyak pekerja yang harus untuk bekerja dari rumah (work from home) namun, ada juga beberapa bisnis yang sudah tidak dapat berjalan karena kebijakan baru ini. Bisnis-bisnis tersebut antara lain bisnis di industri perhotelan. Karena semakin sedikit orang-orang yang keluar dari rumah, semakin jarang pula orang-orang berkunjung dan menginap di hotel. Bahkan data menunjukkan tingkat occupancy (jumlah tamu) mengalami penurunan hingga puluhan persen di beberapa daerah di Indonesia. Hal ini menyebabkan sebagian hotel mengurangi pengeluaran dengan cara mendorong karyawannya untuk cuti. Jika berlangsung dalam jangka panjang, skenario terburuk bisa saja terjadi. Mulai dari diberlakukannya pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga gulung tikar.

            Selain bisnis di bidang indusri perhotelan, bisnis di bidang industri pariwisata pun juga terkena dampak yang serius. Dengan meningkatnya potensi penularan virus, semakin banyak orang yang enggan bepergian ke tempat wisata. Inilah mengapa kondisi industri pariwisata di masa sekarang sangat mengkhawatirkan. Bahkan salah satu spot pariwisata terbaik di Indonesia, Bali pun tidak luput dari dampaknya. Penurunan wisata di Bali sudah mencapai sembilan puluh lima persen. Ada sekitar 7000 tour guide yang mesti bekerja serabutan karena kehilangan mata pencahariannya.

            Banyaknya karyawan yang PHK massal sungguh menyulitkan banyak keluarga. Bagi karyawan yang berada pada kelompok income menengah ke atas biasanya melakukan saving sebelum dan selama masa pandemik. Apabila kelompok ini kehilangan pekerjaan, mereka akan mencari peluang untuk pengembangan diri, misalnya dengan ikut kursus atau pelatihan, mendapatkan brevet dan sertifikasi, atau bahkan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Yang jadi masalah adalah sekelompok orang yang sama sekali tidak lagi menerima gaji dan saving (tabungan) mulai menipis atau bahkan habis.

            Menyadari hal yang menimpa mereka, kelompok tersebut banyak yang memulai usaha baru untuk mendapatkan uang. Mereka keluar dari zona nyaman yang biasanya bekerja di kantor dan membuat inovasi baru untuk bisnis mereka dari nol. Usaha-usaha tersebut tentunya adalah usaha yang tetap mengikuti kebijakan baru pemerintah yang kita kenal dengan work from home. Bisnis-bisnis tersebut seperti bisnis tekstil, menjual jasa desain, mengajar bimbel secara online, dan bisnis kuliner yang dijual melalui platform-platform pelayanan berbasis digital. Dengan ini, mereka juga dapat mengolah kreativitas dan mengembangkan potensi diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun