Dari Mogok Sekolah ke Petualangan Kecil
Sekitar pukul 10.00 WIB, Elisa mengajak Achio bersama adiknya, Puput, untuk bertemu dengan Bu Ayuk dan Mecca. Tujuannya jelas: menuruti kemauan kecil mereka, bermain di Timezone.
Rombongan kecil itu pun meluncur ke Saudara Swalayan Jepara Kota, salah satu pusat perbelanjaan populer di daerah tersebut. Sesampainya di lokasi, tangisan berganti tawa. Achio dan Mecca berlarian ceria, mencoba berbagai wahana permainan dengan kartu yang diberikan orang tua mereka.
Tak berhenti di situ, suasana makin hangat ketika mereka menyantap makanan bersama. Ada ramen hangat, es krim manis, HokBen, Es teh Solo, Tahu Uap Pak Heri, Tomoro coffee, hingga camilan Lacker Crepes yang jadi favorit anak-anak.
"Alhamdulillah sederhana itu bahagia, kompak itu seru, yang penting tidak pilih-pilih teman," tutur Elisa Fitriana Prihandari sambil tersenyum puas.
Pelajaran dari Kejadian Sehari-hari
Fenomena anak-anak mogok sekolah bukan hal baru, namun kisah Achio dan Mecca menyuguhkan sisi lain yang penuh kehangatan. Alih-alih marah atau memaksa, para ibu memilih memberi ruang bagi imajinasi anak.
Meski sekolah penting, terkadang kebutuhan emosional anak untuk bermain juga tak kalah berarti. Seperti disampaikan salah satu guru PAUD Ratu Shima Suwawal, tempat kedua bocah ini bersekolah, sikap orang tua yang sabar dan memahami dunia anak bisa membentuk ikatan emosional lebih erat.
"Kadang yang anak-anak butuhkan bukan hanya ilmu di kelas, tapi juga pengalaman bersama orang tua yang membuat mereka merasa dicintai," ujar seorang pendidik yang enggan disebutkan namanya.
Hari itu, Senin yang biasanya penuh hiruk pikuk, berubah menjadi kisah sederhana namun manis bagi dua keluarga kecil di Jepara. Semua berawal dari mimpi tentang Timezone, yang kemudian menjadi kenyataan.
Penulis: Elisa Fitriana Prihandari.