Mohon tunggu...
Qonita SifaulQolbi
Qonita SifaulQolbi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

saya adalah mahasiswa universitas jember program studi agronomi fakultas pertanian angkatan 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Pupuk Mikro Majemuk terhadap Tanaman Karet (Havea Brasiliensis L)

20 Desember 2023   08:01 Diperbarui: 20 Desember 2023   08:09 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

PENGARUH PUPUK MIKRO MAJEMUK TERHADAP TANAMAN KARET (Havea Brasiliensis L.)

Qonita Sifa’ul Qolbi dan Sundahri

Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

Korespondensi : Sundahri.faperta@unej.ac.id

 

Tanaman karet dengan nama latin Havea Brasiliensis L. merupakan tanaman komuditas utama perkebunan, dimana pemanfaatan utama dari tanaman karet yakni untuk diambil getahnya (Achmad dkk., 2021). Berdasarkan data BPS pada tahun 2018 produksi karet kering di Indonesia mengalami penurunan menjadi 230,36 ribu ton dimana pada tahun 2017 produksi karet kering di Indonesia mencapai 249,29 ribu ton. Penurunan produksi karet di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan. Penurunan luasan lahan dan rendahnya kwalitas tanaman menghasilkan menjadi topik utama. Berdasarkan data BPS (2018) luasan lahan karet di Indonesia mencapai 788,77 ribu hektar.

Pengoptimalahn luasan lahan yang tersedia perlu untuk dilakukan guna menunjang produksi karet dalam negeri. Penggunaan klon karet yang menghasilkan lateks tinggi memang diperlukan, namun penggunaan klon sendiri memiliki kelemahan yakni sistem perakaran yang cenderung lemah (Stevanus dkk., 2020). 

Permasalahan lain dari penggunaan bibit dari klon yakni diperlukan indukan yang tahan penyakit dan masih membutuhkan tanaman yang berasal dari benih. Pembibitan tanaman karet yang berasal dari benih sendiri memiliki beberapa keunggulan yakni sistem perakaran yang lebih kuat. Namun, pada proses pembibitan tanaman karet menggunakan benih membutuhkan waktu yang lama. Permasalahan lain yakni pertumbuhan tanaman yang digunakan untuk bibit harus seragam dan tidak terserang penyakit, sehingga dibutuhkan ketersediaan hara yang cukup dalam tanah agar pertumbuhan bibit berlangsung optimal (Saputra dkk., 2020).

Proses pembibitan tanaman karet memiliki beberapa kendala yang mempengaruhi fase perkecambahan tanaman serta pertumbuhannya. Benih karet sendiri tergolong pada benih rekalsintran dimana benih tersebut memiliki daya simpan yang rendah karena kandungan kadar air dalam benih yang tinggi (Yazid, 2020). Permasalahan utama yang sering timbul pada pembibitan tanaman karet yakni pertumbuhan benih tersebut. 

Setelah melalui proses perkecambahan, cadangan makanan pada benih akan habis, sehingga pertumbuhan tanaman muda sangat bergantung pada ketersediaan hara dalam tanah (Putra dkk., 2022). Berdasarkan Widayat dkk., (2020) permasalahan krusial yang pada pembibitan tanaman karet meliputi pH dan kandungan bahan organik dalam tanah, kurangnya unsur Kalium (K), Kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).

Jenis unsur hara yang terpenting pada fase vegetatif dari tanaman sendiri terbagi menjadi hara makro dan hara mikro. Kebutuhan unsur hara yang umumnya selalu diperhatikan yakni ketersediaan unsur hara makro yang meliputi unsur Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K) (Mansyur dkk., 2021). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun