Mohon tunggu...
Qomaruddin
Qomaruddin Mohon Tunggu... Copywriter yang tertarik pada isu pendidikan dan pemberdayaan masyarakat | Humas Al Irsyad Purwokerto | Redaktur Suara Al Irsyad

Menulis kata, merangkai aksi, dan menumbuhkan harapan untuk dunia yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Keliling Pulau Jawa, Belajar Menemukan Ritme Baru Hidup

21 Agustus 2025   17:23 Diperbarui: 22 Agustus 2025   12:32 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati perjalanan panjang di kereta (Sumber: Koleksi Pribadi)

Dari Multitasking di Kota ke Perjalanan Panjang

Awalnya, aktivitas saya sebagai pegiat multimedia lebih banyak berkutat di dalam kota. Semua serba multitasking: liputan, menulis berita, membuat desain grafis, mengedit foto dan video, crafting, hingga distribusi. Saya terbiasa bermain "solo player", mengatur waktu sendiri, dan merasa "sangat produktif" dengan cara itu.

Namun, titik balik datang ketika saya diminta menjadi pendamping kehumasan, marketing, dan komunikasi di beberapa unit sekolah. Dari yang semula cukup mengatur ritme kerja di dalam kota, pekerjaan ini membawa saya melangkah lebih jauh---keluar kota, bahkan hingga keliling Pulau Jawa.

Perjalanan bisa memakan waktu 10 hingga 13 jam tanpa henti. Bayangkan, dalam satu pekan polanya seperti ini: dua hari dihabiskan hanya untuk perjalanan berangkat dan pulang, tiga hari berikutnya berpindah ke tiga lokasi berbeda untuk pendampingan, lalu tersisa satu hari saja untuk kembali berkumpul dengan keluarga.

Kadang saya berangkat subuh, melewati jalan tol panjang yang tak berujung, ditemani lampu-lampu kendaraan lain. Pernah juga naik kereta malam, duduk berjam-jam di kursi sempit sambil mencoba memejamkan mata, meski suara roda besi tak pernah berhenti berderit. Setiap kota menyimpan cerita: panas terik di Surabaya, lalu lintas padat di Semarang, atau udara sejuk yang menyambut di Malang dan Bandung. Semua suasana itu saya lalui dalam tempo singkat, tanpa banyak waktu untuk menikmatinya.

Pada awalnya, situasi ini membuat saya stres. Duduk berjam-jam di mobil atau kereta, berpacu dengan jadwal, lalu langsung bekerja begitu sampai di lokasi---rasanya energi habis sebelum sempat benar-benar pulih. Waktu perjalanan yang panjang seolah hanya jadi "waktu hilang".

Dari Stres Menuju Ritme Baru Hidup

Namun, lambat laun saya belajar berdamai. Saya menemukan cara untuk menjadikan commuting sebagai ruang jeda: tidur sejenak di perjalanan, mendengarkan musik, atau sekadar melamun sambil menatap jendela. Ada kalanya saya membuka catatan di ponsel untuk menuliskan ide, atau sekadar mengamati pemandangan sawah dan gunung yang terlintas di balik kaca kereta. Hal-hal sederhana itu membantu menjaga kewarasan. Perjalanan yang tadinya membuat frustrasi berubah menjadi latihan kesabaran dan refleksi diri.

Sejak saat itu pula saya mulai menerapkan gaya hidup hybrid---memahami bagaimana bekerja, beristirahat, dan menjaga hubungan dengan keluarga bisa dilakukan secara selaras, meski ritme hidup penuh dinamika. Commuting yang dulu hanya terasa melelahkan, kini saya lihat sebagai bagian dari proses menemukan keseimbangan baru.

Dan ada satu momen yang selalu menjadi penutup manis: ketika akhirnya pulang. Rasa lelah seakan luruh saat bertemu keluarga, meski hanya punya satu hari untuk benar-benar bersama. Satu hari itu terasa jauh lebih berarti dibanding waktu panjang di perjalanan. Justru karena waktu terbatas, setiap detik kebersamaan jadi lebih berharga.

Dari pengalaman keliling Pulau Jawa itu, saya sadar bahwa perjalanan panjang bukan hanya soal jarak tempuh, melainkan juga soal bagaimana kita memaknai waktu yang berjalan. Stres di jalan tetap ada, tetapi bukan berarti harus menguasai hidup kita. Dengan cara pandang yang lebih fleksibel, commuting justru bisa memberi ruang untuk tumbuh.

Akhirnya saya percaya, perjalanan panjang bukan sekadar tentang sampai tujuan, melainkan tentang bagaimana kita menemukan ritme hidup yang lebih selaras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun