Mohon tunggu...
Saya Qomaruddin
Saya Qomaruddin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Lahir di Purwokerto, kecil di Purwokerto, besar di Purwokerto, menikah di Purwokerto, dan bekerja di Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rona

19 Desember 2017   22:52 Diperbarui: 25 Desember 2022   07:29 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bahri tersungkur terjatuh dari kursi. Temaramnya kamar tak mampu menyembunyikan lelehan darah yang menetes dari pelipis Bahri.

"Tunggu hentikan!" seru Rona setengah berbisik..

"Tidak apa-apa Rona," jawab Bahri. "Bukan luka serius. Andi menahan tenaganya."

"Aku memukulmu karena kau sudah meracuni ayah angkatku, dan kutahan pukulanku karena kau membuat banyak orang jahat mati seketika. Kau hebat, aku salut kepadamu," kata Andi dengan nafas yang mulai tenang.

"Bahri apa rencanamu?" Janu bertanya, sambil tangannya mengisyaratkan agar semua duduk dan tidak berisik.

"Baiklah semuanya..." Bahri memulai. "Dua jam lagi pagi akan datang. Aku dan Rona akan pergi setelah obrolan ini. Lalu kalian Andi dan Janu pergilah ke ruang di balik resepsionis dan tunggu sampai semua penjaga tidak sabar menunggu hasil rapat."

"Apa yang harus kami lakukan?" tanya Andi.

"Semua orang tahu tidak ada kunci cadangan. Tapi aku yakin para penjaga tetap akan mencarinya di lemari resepsionis. Biarkan mereka melihat kalian dan biarkan mereka mendobrak Hall," Bahri terdiam sesaat, lalu melanjutkan dengan lebih pelan. "Ada dua kemungkinan yang terjadi, tetapi semuanya menguntungkan kalian, terutama kamu Andi."

"Apa maksudmu?" Andi agak kaget.

"Pintu itu didesain untuk tidak mudah didobrak dari luar. Soal kekuatan, gedung tua ini sekuat benteng. Namun, kemungkinan pertama itu bisa jadi mereka berhasil mendobraknya." Lanjut Bahri.

"Apa maksudmu dua kemungkinan?" kali ini Rona ikut penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun