Mohon tunggu...
gendeng irng
gendeng irng Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Indonesia Lebih Kotor dari Model Serial DC Comics

4 Desember 2015   09:48 Diperbarui: 4 Desember 2015   10:13 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Well, lm gak nulis karena urusan sekolahan akhirnya gatal juga buat berkomentar.

Nyaman-nyaman saja menikmati sepakbola yang akhirnya masih bisa menghibur dalam masa hukuman yang jadi konsekuensi revolusi sepakbola nasional, akhirnya tertarik juga mengulas masalah politik yang cenderung kasar belakangan ini.

Kita semua tentu sadar dengan hal yang ramai soal pembeberan rekaman yang akhirnya menyudutkan pihak terkait yang kebetulan oposisi kuat yang sebanding dengan penguasa saat ini. Namun yang kelihatan cara mengkonter isu yang terjadi bukan level para negarawan yang bicara atas dasar fakta dan kemaslahatan rakyat.

Whew, mungkin bangsa ini benar-benar masuk wilayah keterbukaan sehingga semua hal dijembreng begitu saja, termasuk ujaran-ujaran yang lebih mirip sumpah serapah.

Saya jadi terenyuh melihat kondisi bangsa ini dengan para politikusnya yang sungguh asal jeplak saja. Tadinya saya kira Amerika yang digadang sebagai Negara demokrasi adalah model keterbukaan yang seharusnya, tapi negeri kita tercinta ternyata lebih dasyat mempertontonkan kebobrokan yang kemudian selalu dibela para politisi setiap para petugas hendak membenahi.

Saya belum pernah ke Amerika sana, tapi melalui film-filmnya-yang tentu dikembangkan para seniman di sana merujuk pada kejadian di sekitarnya-saya sungguh muak melihat ulah para koruptor negeri yang seenaknya memutarbalikkan fakta; berusaha menghancurkan KPK; memeras pihak asing; dan bahkan menjual bangsanya sendiri.


Saya berangkat dari beberapa seri milik DC Comics yang dijadikan serial dalam decade terakhir, saya berusaha menunjukkan bukti bangsa kita dah jauh lebih barbar dari kota-kota khayalan. Sebut saja Smallville yang merupakan kisah runtun transformasi Clark Kent jadi Superman; Arrow yang mengisahkan upaya Oliver qween membersihkan Starling City; The Flash yang memberitahu tentang upaya penyelamatan ayah Barry Allen dari masalah hukum yang salah; Gotham tenang hiruk-pikuk kotanya Bruce Wayne sebelum dia menjadi vigilante bernama Batman; atau yang teranyar Supergirl yang memberi beberapa pandangan soal usaha seorang jagoan yang masih hijau.

Di Metropolis, Starling City, Sentral City, Gotham, bahkan Nacional City upaya untuk meruntuhkan seorang pemimpin memang gila, membunuh bisa saja terjadi. Namun dalam setiap langkah penegakan aturan, walau para penjahat berotak gila semacam Luthor, tau Dr Wells selalu bertindak dengan pikiran matang dan tak memungkinkan dirinya tersentuh dengan mempersiapkan aksinya-walau akhirnya selalu terbongkar.

Di negeri kita saat ini, tak perlu upaya serapi itu untuk mendongkel negeri, compang-camping sekalipun tetap saja langkah dijalankan. Berikutnya yang maju bermain adalah para pengacara yang entah kenapa makin saya sebali profesinya. (padahal kakak saya seorang pengacara-but white I belive)

Lucunya para polisi negeri ini juga sepertinya sudah kadung kotor tangannya dan takut menguak masalah apapun karena tonkat komando terkadang malah membelit diri bila ada yang berupaya bersikap idealis. Kita tidak mengharapkan tokoh James Gordon di Gotham bisa terwujud 100 persen di dunia nyata, namun apakah semudah itu bangsa ini menyerah pada upaya penegakan keadilan. (secara ada 2 ipar saya berprofesi polisi)

Para wartawan juga sepertinya hanya akan mengenang Peter Parker saja sebagai tokoh pofesi mereka yang mendunia, padahal dia hanya wartawan foto. Tidakkah ada yang mencoba mengeksplore diri semisal Chloe Sullivan atau Lois Lane di Daily Planet?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun