Mohon tunggu...
Qatrinnada Aisyah Caksono
Qatrinnada Aisyah Caksono Mohon Tunggu... Mahasiswa D4 Usaha Perjalanan Wisata UNJ

Qatrinnada Aisyah adalah mahasiswa D4 Usaha Perjalanan Wisata di Universitas Negeri Jakarta yang aktif, reflektif, dan selalu terbuka untuk belajar hal baru. Memiliki ketertarikan dalam dunia pariwisata, budaya, dan kreativitas digital, ia dikenal sebagai sosok yang tekun dalam menjalankan tanggung jawab akademik maupun organisasi. Nada, begitu ia biasa dipanggil, senang mengamati hal-hal kecil di sekitarnya dan menjadikannya bahan refleksi atau inspirasi. Ia percaya bahwa proses pembelajaran terbaik tidak hanya datang dari ruang kelas, tetapi juga dari pengalaman langsung dan interaksi sehari-hari. Dengan karakter yang tenang namun berpikiran luas, Nada selalu berusaha menyeimbangkan antara logika dan empati dalam mengambil keputusan maupun bersikap.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Dari FYP Tiktok jadi Cuan Mentok: Cerita Kecil di Balik Ubitella Melts

1 Juli 2025   16:27 Diperbarui: 1 Juli 2025   16:30 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan produk Ubitella Melts.

Usaha ini lahir dari kebutuhan kami untuk menjalankan proyek kewirausahaan sebagai bagian dari tugas akhir semester. Mata kuliah ini tidak hanya menuntut kami menyusun rencana bisnis, tetapi juga mengaplikasikannya secara nyata melalui produksi dan uji pasar. Karena itulah sejak awal kami benar-benar berkomitmen untuk merancang dan menjalankan usaha kecil yang bisa dikembangkan dengan serius, meskipun dalam skala terbatas.


Saat mencari inspirasi, kami melihat tren camilan kekinian di TikTok, salah satunya adalah bola ubi ungu. Kebetulan yang sedang viral adalah bola ubi ungu kopong. Karena kami ingin menghadirkan tampilan yang sedikit berbeda, maka kami membuat versi bola ubi ungu dengan isian lelehan cokelat. Banyak yang tertarik karena tampilannya unik dan menggugah selera. Dari situ kami mulai berpikir, “Kalau bisa dibuat dengan bahan yang sederhana dan harga terjangkau, mungkin bisa dijual juga ke teman-teman atau tetangga.”


Kami merasa produk ini cocok dijadikan usaha karena bahan-bahannya mudah ditemukan, cara pembuatannya tidak terlalu rumit, dan rasanya cukup universal. Manis, lembut, dan lumer di dalam. Maka dari itu, kami mantap memilih bola ubi isi cokelat sebagai produk kami, lalu memberi nama: Ubitella Melts. Usaha ini kami jalankan berdua, saya dan partner saya, Nurul Rahayu, yang banyak berkontribusi dalam proses produksi, pencatatan, dan pengemasan produk.


Langkah awal yang kami ambil untuk mewujudkan ide Ubitella Melts dimulai dari persiapan mandiri di rumah masing-masing. Setelah menyusun rencana usaha dan menentukan produk yang ingin dibuat, kami mulai membeli bahan-bahan seperti ubi ungu, cokelat batang, tepung, dan gula, yang kebetulan tersedia saat belanja kebutuhan harian. Modal awal kami kumpulkan dari tabungan pribadi yang memang disiapkan untuk keperluan tugas ini.


Karena tidak tinggal serumah, kami pun mencoba membuat Ubitella Melts secara terpisah di dapur masing-masing. Hasil percobaan pertama belum sempurna. Ada yang bolanya terlalu besar, cokelatnya bocor, atau teksturnya masih terlalu padat. Tapi justru dari situ kami belajar dan saling membandingkan hasil. Kami mendiskusikan bagian mana yang harus diperbaiki agar produk ini bisa lebih rapi, enak, dan layak untuk dijual. Proses ini menjadi pengalaman awal yang menyenangkan sekaligus menantang, karena semuanya dilakukan secara mandiri namun tetap saling mendukung.


Kami juga membagikan hasil percobaan tersebut kepada keluarga dan beberapa teman dekat, sekaligus meminta masukan. Ada yang memberikan respons positif, dan ada juga yang menyarankan agar tekstur ubi dibuat lebih lembut. Dari situ, kami mulai merasa lebih yakin bahwa ide ini bisa dijalankan, bukan hanya sebagai tugas kuliah, tetapi juga sebagai latihan nyata dalam berwirausaha.


Kami belajar bahwa berjualan bukan hanya soal rasa enak. Kami juga harus memikirkan kemasan, cara promosi, dan menghitung modal agar tidak rugi. Saat menyusun laporan, kami juga belajar lebih teliti soal perhitungan BEP dan HPP, karena sempat beberapa kali harus merevisi akibat kekeliruan. Dari pengalaman ini, kami belajar untuk lebih sabar, menerima kritik, dan berani mencoba meskipun belum sempurna.


Pencapaian pertama kami bukan berupa viral di media sosial atau langsung mendapat banyak pesanan. Justru, momen yang paling berkesan terjadi saat kami membagikan tester Ubitella Melts ke beberapa teman dekat. Kami ingin tahu respons jujur mereka sebelum benar-benar menjual produk ini.


Ternyata, respon mereka cukup positif. Ada yang bilang, “Ini enak banget, cokelatnya pas, gak bikin eneg.” Bahkan ada yang minta dibuatkan lagi jika kami memproduksi batch berikutnya. Walaupun belum ada transaksi saat itu, komentar dan antusiasme kecil seperti itu membuat kami merasa sangat dihargai. Rasanya menyenangkan ketika orang lain benar-benar menikmati hasil usaha kami.
Dari momen sederhana itu, kami mulai merasa lebih percaya diri. Kami jadi yakin bahwa produk ini punya potensi, dan usaha kecil ini tidak sia-sia. Itu yang kemudian mendorong kami untuk mencoba produksi dalam jumlah lebih banyak dan mulai serius menawarkan Ubitella Melts.


Setelah mata kuliah ini berakhir, kami sempat mempertimbangkan untuk terus menjalankan Ubitella Melts secara lebih serius. Namun, melihat kenyataan bahwa aktivitas perkuliahan kami semakin padat mulai dari tugas-tugas, agenda organisasi, hingga persiapan akhir semester. Kami menyadari bahwa usaha ini belum bisa kami jalankan secara konsisten dalam waktu dekat. Meski begitu, kami tetap menyimpan Ubitella Melts sebagai ide yang tidak tertutup kemungkinan untuk dikembangkan kembali di masa depan. Jika ada waktu yang lebih longgar, seperti saat liburan panjang atau setelah menyelesaikan semester ini, kami berharap bisa memulai kembali, walaupun dari skala kecil.


Hal yang paling terasa dari pengalaman ini adalah rasa percaya diri yang mulai tumbuh. Dulu kami berpikir, “Kami bukan orang bisnis.” Tapi ternyata, semua orang bisa belajar asal mau mencoba. Karakter yang menurut kami penting untuk dimiliki saat mulai usaha adalah berani mencoba meskipun belum yakin akan hasilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun