Mohon tunggu...
Putu Putri Dena Laksmi
Putu Putri Dena Laksmi Mohon Tunggu... Kepala Sekolah

Saya penggiat pendidikan yang berusaha berdampak pada pendidikan itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bertumbuh dan Berkesadaran dalam Refleksi di Era Cemas (Studi Literatur Paulo Freire: Pendidikan Kaum Tertindas)

15 Oktober 2025   23:41 Diperbarui: 15 Oktober 2025   23:41 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Google-Sampul buku Pedagology of the Opposed terjemahan dalam Bahasa Indonesia "Pendidikan Kaum Tertindas" milik Paulo Freire

Lewat serangkaian aktivitas tadi murid mendapat kesempatan untuk belajar meregulasi emosi, memahami kesadaran kritis yang dimiliki, menghimpun berbagai kesadaran kritis menjadi kolektif untuk membantu menetapkan aksi nyata terbaik dan membangun komunikasi lewat dialog yang menyertakan pada kesetaraan dan melibatkan nilai-nilai kebajikan yang universal yang meliputi pada nilai integritas dan kebenaran (integrity and truthfulness), kemanusiaan dan kasih sayang (humanity and compassion), keadilan dan kesetaraan (justice and fairness), tanggung Jawab dan ketekunan (responsibility and diligence), dan akhirnya bermuara pada keseimbangan diri (self-regulation).

Buku karya Paulo Freire “Pendidikan Kaum Tertindas” banyak memberikan kontribusi, inspirasi, pengalaman dan meluruskan kesalahpahaman, mempertajam pertanyaan dan menyediakan jalan keluar untuk dunia pendidikan yang saat ini sedang bertumbuh. Untuk memastikan tumbuhnya jalan tersebut perlu kehadiran kita sebagai pendidik untuk mampu merespon positif dan mendukung suara, pilihan dan kepemilikan belajar murid sehingga harapan bersama adalah Indonesia Emas 2045 bukanlah sekedar jargon semata tetapi semangat kolektif yang perlu kita maknai secara mendalam agar miskonsepsi, pandangan, dan problema dalam dunia pendidikan kita dapat bertumbuh kearah yang lebih baik. Kritik, saran dan pandangan dalam dunia pendidikan membantu kita bertumbuh untuk merefleksi identitas kita sebagai pendidik untuk hadir memberikan semangat kepada murid. Lalu kita mulai darimana? Kita bisa mulai inisiasi dalam ruang-ruang kelas di sekolah sehingga murid memiliki identitas yang mempunyai suara untuk memilih jalan, ruang dan kesempatan untuk bertumbuh sesuai kodrat alam, jaman dan diri anak tersebut. Guru hanya perlu memastikan tumbuhnya sesuai dengan kodrat lahir murid tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun