Mohon tunggu...
putu paramita
putu paramita Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Pariwisata di Universitas Pendidikan Indonesia

Salah satu Guru Perhotelan di Muhhamadiyah dan Shailendra

Selanjutnya

Tutup

Palembang

Palembang dari Mata Gen Z : Jalan kaki, jalan lokal , dan foto estetik !

6 Juni 2025   01:09 Diperbarui: 6 Juni 2025   00:19 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Walking Tour bersama Gen Z di kota palembang. sumber dokumentasi pribadi 2025

Tur ditutup dengan pengalaman yang paling menyenangkan dan memikat secara emosional: menyusuri Sungai Musi dengan perahu ketek. Perahu ketek adalah perahu tradisional bermesin kecil, dinamakan demikian karena suaranya yang khas: tek-tek-tek. Naik perahu ketek dari dermaga Benteng Kuto Besak atau pelabuhan kecil di bawah Jembatan Ampera, peserta akan diajak mengarungi Sungai Musi dan menyaksikan berbagai sisi kehidupan kota: rumah panggung, pelabuhan kecil, anak-anak bermain air, dan kapal-kapal besar pengangkut barang.
Sensasi tiupan angin sungai, goyangan perahu, dan panorama kiri-kanan sungai memberi Gen Z pengalaman multisensori yang tidak bisa digantikan oleh layar gadget. Perjalanan ini juga membuka kesadaran baru tentang kehidupan masyarakat sungai, ekologi perairan, dan pentingnya menjaga lingkungan hidup dari pencemaran.
Pemandu dapat memberi informasi tentang pentingnya Sungai Musi dalam sejarah Sriwijaya, jalur perdagangan zaman dulu, hingga fungsi sosialnya hari ini. Bahkan, cerita-cerita lokal seperti legenda Putri Kembang Dadar atau kisah rakyat lainnya bisa diselipkan untuk memperkuat nilai kultural. Di atas perahu, peserta bisa membuat video 360 derajat, vlog singkat, atau sekadar menikmati pemandangan sambil merenung.

Kesimpulan: Walking Tour Sebagai Medium Belajar Kontekstual untuk Gen Z
Walking tour ke Ampera, Museum SMB II, Pempek Tumpah, dan Sungai Musi bukan sekadar wisata. Bagi Generasi Z, ini adalah pengalaman menyeluruh yang menyentuh aspek identitas, edukasi, kreativitas, dan kesadaran lingkungan.

Dalam satu rute sederhana, mereka mendapatkan:
Pemahaman sejarah kota dan simbol-simbolnya (Ampera, Museum SMB II),
Pengetahuan lintas budaya melalui kuliner lokal (Pempek Tumpah),
Koneksi emosional dan ekologis dengan alam dan masyarakat (perahu ketek di Musi).
Jika dikembangkan lebih lanjut, program ini bisa dijadikan bagian dari kurikulum sekolah berbasis proyek (Project-Based Learning), vlog edukasi sejarah lokal, atau program komunitas literasi budaya. Walking tour seperti ini adalah cara nyata untuk mengenalkan cinta kota dan warisan lokal pada generasi muda, dengan gaya yang sesuai karakter mereka: visual, kontekstual, reflektif, dan bisa dibagikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Palembang Selengkapnya
Lihat Palembang Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun