Kesenian Bantengan merupakan kesenian yang berasal dari Jawa Timur yakni Kota Mojokerto, Malang, dan Batu. Menggabungkan unsur sendratari, olah kanuragan, musik, syair/mantra yang magis, kesenian Bantengan menjadi hiburan tradisional yang populer di Jawa Timur. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak sejarah perkembangan Kesenian Bantengan berikut.
1. Sejarah Bantengan
Kesenian ini diyakini sudah ada sejak zaman kerajaan Singosari, yakni pada masa kekuasaan Ken Arok. Dimana kala itu sudah terdapat tradisi pencak silat yang didalamnya melibatkan kuda dan banteng. Bukti pendukung dari hal ini ditunjukkan dengan adanya relief di Candi Jago yang memperlihatkan pertarungan antara banteng dan harimau. Kesenian ini kemudian menjamur di tiga wilayah di Jawa Timur, yaitu Mojokerto, Malang, dan Batu.
Kesenian Bantengan tidak hanya sekedar hiburan dalam acara-acara pernikahan, khitanan, karnaval, dan festival, tetapi juga merupakan kesenian yang memiliki tujuan sakral, seperti sebagai tolak bala, menghormati leluhur hingga untuk melestarikan warisan budaya agar tidak punah.Â
Dalam tariannya, kesenian bantengan memperagakan hewan banteng yang terdapat dua orang menjadi kaki depan dan kaki belakang. Kesenian Bantengan juga menggambarkan perlawanan terhadap keburukan dan murka yang diperankan oleh binatang, seperti banteng, macam, dan kera.Â
Bahkan, sudah terdapat ratusan grup kesenian bantengan yang tersebar di Malang dan Batu. Tak hanya itu, mengutip dari wartapost, Bantengan juga sudah ditetapkan sebagai warisan tak benda oleh Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan kebudayaan) Â dengan nomer 7744/E.E6/KB/2019, sejak tanggal 5 Agustus 2019.
2. Istimewanya Bantengan
Setiap wilayah maupun grup bantengan pasti memiliki ciri khasnya sendiri. Banyak hal yang membedakan, misalnya ada yang memakai kurungan ayam sebagai badan dan ada yang hanya menggunakan kain saja. Selain itu, postur atau ukiran pada kepala banteng biasanya juga memiliki perbedaan yang khas, seperti ada yang memakai dengan bentuk postur mesem (tersenyum) dan ada yang memakai seperti ekspresi penuh amarah. Ciri khas lain yang paling menonjol adalah dari segi tanduk, ada yang membuat tanduk menjulang dan ada yang sedikit melengkung.Â