Mohon tunggu...
Putri Harum Mahardika
Putri Harum Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Manajemen di Universitas Pendidikan Indonesia, Penulis

Seorang mahasiswa jurusan Manajemen tahun ketiga di Universitas Pendidikan Indonesia, merupakan penulis yang aktif dalam kepenulisan puisi, dan menyuarakan isu sekitar melalui analisis dan riset mini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Covid-19 Bencana Dunia: Bumi Sudah Tua atau Dosa Ekologis Manusia?

19 November 2023   19:23 Diperbarui: 19 November 2023   19:26 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  Virus Corona inilah salah satu alasan mengapa kita harus mulai berkaca tpada masing masing pribadi, sedalam apa dosa ekologis yang selama ini baik sadar maupun tidak sadar selalu kita lakukan.

   Pemeritah melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, telah melampirkan kegiatan inti seperti apa saja yang dapat masyarakat lakukan dalam rangka menurunkan emisi gas rumah kaca di bumi Indonesia ini, contohnya, dalam bidang pertanian dilakukannya penstabilan muka air dan pemaksimalan sistem irigasi yang peduli lingkungan, penerapan teknologi budidaya yang ramah lingkungan, pemanfaatan pupuk organik dan bio pestisida. 

   Dalam bidang transportasi, terlihat dari pengurangan bahan bakar fosil,peningkatan potensi energi baru ramah lingkungan, dan upaya penggeseran penggunaan kendaraan pribadi menjadi kendaraan umum. Dalam bidang industri ditegaskan untuk pengolahan limbah industri dengan baik. Dan dalam bidang bidang lain, ditegaskan untuk meningkatkan informasi untuk mengurangi pencemaran bumi, peningkatan tata lingkungan, gerakan menanam pohon, dan masih banyak lagi. 

  Uskup Agung Jakarta,Kardinal Ignatius Suharyo Hartjoatmojo, Dalam perayaan misa online memperingati hari raya Paskah 2020 pun menegaskan bahwa wabah adalah  reaksi natural atas kesalahan manusia secara kolektif terhadap alam. Dalam bahasa iman, wabah antara lain disebabkan oleh dosa ekologis. 

"Kita semua terlibat di dalam dosa harmoni alam yang telah diciptakan oleh Allah sebagai semua baik dan amat baik adanya. Itulah yang disebut sekali lagi dosa ekologis. Wabah menurut pendapat ini adalah isyarat alamiah bahwa manusia telah mengingkari jati dirinya sebagai citra Allah yang bertugas untuk menjaga harmoni alam bukan merusakknya. Wabah menyadarkan bahwa manusia adalah ciptaan yang rapuh yang tidak mungkin bertahan jika ciptaan lainnya dihancurkan. Kita bersyukur karena di tengah-tengah pandemi wabah Corona 19 ini kita menyaksikan kerelaan berkorban, solidaritas yang dahsyat dalam berbagai macam bentuknya. Dalam bahasa iman tumbuhnya kerelaan berkorban, tumbuhnya solidaritas adalah Paskah yang nyata. Semoga semua yang baik tidak berhenti ketika nanti wabah ini, tetapi kita masih berharp dan bahkan dituntut untuk merayakan Paskah yang lain yakni paskah ekologis.  

Ketika kita dibebaskan dari dosa ekologi maupun pribadi. Dibebaskan dari sikap tidak peduli terhadap alam atau bahkan nafsu merusak alam dan dianugerahkan kepada kita kekuatan untuk terus mewujudkan Paskah Ekologis itu. Memulihkan alam yang rusak, merawat dan menjaganya sebagai ibu bumi rahim kehidupan yang sejahtera. Selamat Paskah dan moga-moga 


Tuhan yang bangkit menguatkan kita dalam niat-niat baik kita."  

Kutipan diatas jelas mengajak kita bersama untuk menghidupi "Paskah Ekologis" dengan menjadi pribadi yang jauh peduli akan lingkungan sekitar dan turut membantu sesama yang terdampak wabah corona ini. 

          Salah satu contoh nyatanya terlihat dari bagaimana perayaan Earth Hour 2020 pada 28 Maret lalu dimana warga dunia beramai ramai mematikan lampu untuk turut berpartisipasi dalam kepedulian sosial akan dampak virus corona ini. Upaya simbolis ini dimulai pada 2007 di Sydney, Australia, ketika WWF mendorong 2,2 juta orang untuk mematikan lampu selama satu jam untuk mendukung aksi perubahan iklim.

Sejak itu, jutaan orang di seluruh dunia telah mengambil bagian. Landmark seperti Menara Eiffel, Big Ben, Gedung Opera Sydney, Gedung Empire State, Istana Buckingham, Colosseum, dan Kastil Edinburgh juga sudah gelap selama satu jam. Agenda kampanye ini dilakukan oleh  World Wide Fund (WWF) di mana orang mematikan lampu mereka untuk menyebarkan kesadaran tentang keberlanjutan dan perubahan iklim. Kampanye ini dimaksudkan untuk menyatukan orang-orang yang memiliki satu tujuan bersama: masa depan yang ramah lingkungan.

           Masyarakat dunia pun beramai ramai turut bersama sama mengajak untuk peduli bumi pada Hari Bumi ke-50 pada 22 April lalu. Perayaan Hari Bumi ke-50 secara digital selama 24 jam nonstop ini diisi oleh pesan-pesan, pertunjukkan dan ajakan kuat untuk beraksi mengatasi perubahan iklim di situs resmi Earth Day Network dan media sosial Twitter, termasuk diantaranya adalah kampanye untuk melindungi keanekaragaman hayati, menaikkan tutupan hijau, membantu manajemen sampah, bergerak untuk zero waste, dan melindungi Sumber Daya Alam yang berharga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun