Tentang Ketimpangan yang Terpoles Indah
Meja makan seharusnya simbol keadilan: semua orang mendapat porsi. Tapi di foto ini, hanya kulit buah yang tampil menarik. Piring yang jadi pusat perhatian justru berisi bahaya. Ini seperti kritik terhadap ketimpangan sosial: yang miskin hanya melihat kemewahan dari luar, tapi tak pernah menikmatinya.
Seni Bukan Cuma Indah, Tapi Juga Tajam
Karya ini menolak menjadi "foto cantik" biasa. Ia seperti cermin sosial, memperlihatkan luka yang kita diamkan. Ia juga menjadi suara bagi yang sering tak bersuara: mereka yang hidup dalam tekanan, dalam topeng, dalam piring penuh ancaman.
Dalam dunia digital yang penuh pencitraan, foto ini menjadi tamparan visual: bahwa yang tampak "sehat" belum tentu benar-benar utuh.
Kita sering terlalu sibuk membuat hidup terlihat menarik baik di Instagram, di status WhatsApp, atau di meja makan yang kita tata dengan rapi untuk tamu. Tapi seberapa sering kita benar-benar makan yang baik? Seberapa sering kita duduk tenang dan mendengarkan rasa sakit kita sendiri?
"Antara Rasa dan Realita" mengajak kita membuka mata. Mungkin, saatnya kita bukan hanya menyajikan yang tampak lezat, tapi juga jujur tentang isi piring kita: apa yang benar-benar sedang kita kunyah dalam hidup ini?
Referensi
GoodStats (2023) "85% anak muda merasa stres karena pencitraan di media sosial"
I-NAMHS (2023) Survei Nasional Kesehatan Mental oleh Kemenkes
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI