Mohon tunggu...
Catherine PutriIskandar
Catherine PutriIskandar Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Sekolah SPK Saint Peter

Kelas 12

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perjalanan Hidup dalam Kegelapan: Biografi Hellen Keller

31 Januari 2024   09:06 Diperbarui: 31 Januari 2024   09:12 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Catherine Putri Iskandar - SMA Saint Peter School

ABSTRAK

Lahir tuli dan buta, Hellen menghadapi tantangan besar sejak dini, namun dengan dukungan keluarga dan bimbingan guru yang penuh dedikasi, dia berhasil melampaui batas-batas yang menghambatnya. Artikel ini akan membahaskan masa kecil Hellen, peran kunci Anne Sullivan dalam kehidupannya, perjuangannya dalam dunia pendidikan, aktivismenya untuk hak disabilitas, dan warisan inspiratif yang ditinggalkannya.

 PENDAHULUAN  

Lahir pada tahun 1880 menemui dunia dengan tuli dan buta sejak usia dua tahun, akibat penyakit Namun, di balik ketidakberdayaannya tersembunyi kecerdasan dan kegigihan yang luar biasa. Arti penting dan inspiratif dari perjalanan hidup Hellen Keller tidak hanya terletak pada kisah tragis awalnya, tetapi pada bagaimana dia, dengan tekad dan dukungan, mampu melampaui segala keterbatasan, dan menjadi tokoh inspiratif kepada masyarakat.

PEMBAHASAN

Hellen Keller lahir pada 27 Juni 1880 di Tuscumbia, Alabama, sebagai anak kedua dari pasangan Arthur H. Keller dan Kate Adams Keller. Namun, kebahagiaan keluarga mereka tidak berlangsung lama. Pada usia dua tahun, Hellen menderita sakit yang tidak diketahui penyebabnya, meninggalkannya tuli dan buta. Meskipun tantangan ini sangat besar, kedua orang tuanya tetap berusaha memberikan pendidikan dan kasih sayang yang diperlukan.

Perubahan besar dalam hidup Hellen terjadi ketika Anne Sullivan, seorang guru tunanetra yang ulung, tiba di Tuscumbia. Pada usia 6 tahun, Anne Sullivan menggunakan metode pengajaran yang unik dengan mengenalkan Hellen pada Bahasa Braille dan memberikan pelajaran melalui sentuhan. Masa-masa awal ini menjadi landasan penting bagi Hellen untuk memahami bahwa meskipun tanpa penglihatan, dia memiliki kemampuan untuk memahami dan berpartisipasi dalam dunia sekitarnya. Dengan bimbingan Anne, Hellen berhasil mengejar pendidikan tinggi dan lulus dari Radcliffe College pada tahun 1904. Keberhasilannya menghadapi kurikulum yang sulit, meskipun dalam kondisi menyusahkan, membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak selalu menjadi hambatan bagi prestasi akademis.

Selain prestasi akademis, dia juga berjuang untuk hak-hak disabilitas, memperjuangkan kesetaraan dan kesempatan pendidikan bagi semua. Melalui tulisan-tulisannya dan pidato-pidatonya, dia mengadvokasi hak atas pendidikan yang setara, kesempatan pekerjaan, dan aksesibilitas bagi mereka yang memiliki keterbatasan. Hellen menegaskan pentingnya memberikan kesempatan kepada setiap individu, terlepas dari kondisi fisik atau sensorik mereka.

Hellen Keller juga aktif dalam organisasi-organisasi yang berfokus pada hak-hak disabilitas. Salah satu keterlibatannya yang paling berprestasi adalah melalui American Foundation for the Blind (AFB), di mana dia menjabat sebagai duta besar untuk masalah tunanetra, peran yang meningkat pengaruhnya dalam mendukung program-program pemberdayaan dan pendidikan bagi orang-orang dengan kebutuhan khusus. Aktivisme Hellen Keller tidak hanya terbatas pada panggung nasional, tetapi juga internasional. Dia menyuarakan hak-hak disabilitas di berbagai belahan dunia dan berbicara di hadapan para pemimpin global untuk mendorong adopsi kebijakan yang mendukung inklusi dan aksesibilitas.

Warisan aktivisme Hellen Keller terwujud dalam kontribusi nyata terhadap perubahan sosial. Langkah-langkahnya membuka pintu bagi generasi-generasi berikutnya untuk terlibat dalam perjuangan melawan diskriminasi dan memperjuangkan hak-hak setiap individu, terlepas dari kondisi fisik atau sensoriknya. Keseluruhan aktivitasnya mencerminkan komitmen dia untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan berkeadilan, mengubah pandangan dunia terhadap kemampuan individu dengan disabilitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun