Mohon tunggu...
Ita Friedrich
Ita Friedrich Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Istri dan Ibu dari 2 anak laki2 yang cakep. Baik hati dan tidak sombong ( haaaalaaah), suka bercanda, suka main petak umpet... Berusaha menolong sebisa mungkin...tapi kalau tidak bisa yaaa mau bagaimana lagi.... Suka jahil tapi suka menyesali kejailannya.... dan sayang banget ma rakyat jelata, suka makanan tradisional, jajan pasar, dan kopi pahit...suka keluyurun di tempat kumuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Janji di Purnama Ketujuh

10 Juni 2014   21:06 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:22 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja meredup hingga akhirnya menghilang
Sendu menjemput luka menganga
Redup menanti di pelupuk mata
Tatapmu tiada gairah senyap tanpa rasa
Hanyalah dingin mendekap dalam lara

Secuil resah enggan pergi dari hati
Menanti kala senja kian berlari
Ingin ku meraih jiwamu namun tiada daya lagi
Benang-benang rindu perlahan hampir retas oleh angkuhnya diri
Hingga tinggallah sebutir asa yang masih tersisa di sini

Separoh malam berlalu di kerjap mata nan redup
Bulir-bulir halus mengalir terharu
Desah nafas menghiba sebuah cinta nan syahdu
Berpacu dalam asmara yang tlah tertunda di hempas waktu
Kau tlah penuhi janjimu kan datang di purnama ke tujuh

Carlsberg/Karlovy Vary-Czech, 11.06.2014
By Ita Friedrich

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun