Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Third)
Wira D. Purwalodra (Third) Mohon Tunggu... Guru - Terus menjadi pembelajar dan menjadikan rasa syukur sebagai gaya hidup.

Mimpi besarnya saya saat ini adalah menyelesaikan Studi-studi saya, kembali ke kampung halaman, memelihara ikan, bebek, berkebun, terus belajar, terus mengajar, sambil menulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Selingkuhi Pikiran !

9 Juni 2009   15:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:05 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa hari ini pikiran saya tumbuh, mengembangkan banyak cabang-cabang kecil. Satu pikiran besar yang kemudian berubah menjadi pikiran-pikiran kecil ini berdesakan mencari perhatiannya sendiri-sendiri, untuk berlama-lama diperhatikan. Akhirnya, tidak ada satupun pikiran-pikiran kecil ini mewujudkan diri menjadi realitas yang saya inginkan. Kondisi ini kemudian menjadi rumit dan membingungkan, ketika keinginan yang sebenarnya sederhana terganggu oleh pikiran-pikiran yang sebenarnya tidak berguna.

Prolog diatas menggambarkan kondisi yang dialami oleh banyak orang termasuk saya. Kita menjadi tidak fokus dengan apa yang sebenarnya kita inginkan. Banyak pikiran yang tidak berguna nyelonong masuk, tanpa permisi, mencerai-beraikan pikiran pokok yang semula kita tanam. Contoh kongkritnya begini, pada saat saya mau menulis, ada saja pikiran yang tiba-tiba nyelonong masuk, mengganggu pikiran awal saya, yaitu langsung menulis. Pikiran pengganggu itu biasanya memunculkan gambaran-gambaran yang lebih besar, lebih indah, lebih keren atau ngetrend, dan lain-lain. Ketika saya diliputi hasrat menulis, pikiran saya mengembara mencari bentuk-bentuk baru, seperti misalnya, ah … saya mau nulis tentang pendidikan, hmm … saya mau menulis tentang politik yang lagi rame-ramenya nih, atau hei … saya mau menulis tentang ekonomi, ya … saya perlu bikin kopi dulu, oh … saya perlu siapkan kliping, atau apa saja. Pikiran-piran ini kemudian menjadi virus, yang pada akhirnya saya akan melupakan keputusan saya untuk menulis. Saya menjadi terlalu sibuk memilih tema, topik atau bahkan teori yang hanya berfungsi melegitimasi bahwa tulisan saya, bener-bener tulisan.

Kitapun lupa bahwa sebenarnya ketika kita berkeinginan menulis, dibenak kita sudah ada tulisan yang siap untuk kita tuangkan ke komputer. Namun kita justru tidak mencari sesuatu yang ada di dalam benak kita, eh malah mencari bahan-bahan yang ada di luar batok kepala kita. Wal hasil tulisan hanya bisa bertahan sampai satu paragraph saja, itupun sudah untung. Saya biasanya cuma diwarisi judul aja. Sementara pikiran kita habis terbuang untuk mencari bahan atau materi tulisan yang pas sebagai bahan referensi.

Sebagai penulis pemula, awalnya saya sering mengalami kondisi seperti itu. Namun lama-kelamaan, sedikit demi sedikit saya mampu merubah kebingungan dalam melakoni proses menulis ini. Saya menjadi yakin bahwa ketika saya berkehendak menulis, saya tidak mau terjebak kepada topik atau tema, bahkan struktur tulisan, yang konon menurut para praktisi menulis sebagai aliran sesat yang terlanjur diajarkan disekolah-sekolah formal. Saya lebih fokus untuk bertanya kepada diri saya sendiri, ada apa di dalam batok kepala saya ?. Keluarlah segera, jari jemariku siap melayanimu ?. Dengan begitu, tiba-tiba jari-jari ini begitu lincahnya menari-nari diatas keyboard dan dengan bebasnya pikiran saya mengelana kesana-kemari, menangkap gagasan-gagasan yang sebenarnya sudah ada di dalam pikiran kita sendiri.

Dalam menuangkan pikiran saya ke dalam tulisan, aturan pokok yang saya berlakukan adalah saya tidak pernah menduakan pikiran saya sendiri. Maksud saya begini, ketika saya berhasrat menulis saya hanya fokus kepada apa yang ada di dalam fikiran saya aja dulu. Saya akan tuangkan sampai habis, pikiran-pikiran yang ada di dalam batok kepala saya. Lalu setelah semuanya selesai, baru saya melakukan finishing, yang kemungkinan bisa saya tambahkan referensi dari orang lain, atau tidak saya tambah atau kurangi sama sekali, apa yang memang sudah saya tumpahkan tersebut.

Pernah sekali-sekali saya selingkuhi pikiran saya, pada saat hasrat menulis tumbuh, dan siap menuangkannya ke komputer, saya kemudian menduakan pikiran saya dengan tidak fokus pada apa yang ada di dalam kepala saya sendiri. Saya mencoba mencari-cari topik yang lagi ngetren atau paling tidak tulisan yang lagi banyak di baca orang. Wal hasil, pikiran saya memutuskan hubungan secara sepihak. Dan saya hanya diwarisi halaman MSWord yang bersih tanpa kalimat, hanya judul yang ditulis tebal-tebal, bergaris bawah dan identitas nama penulis. Cuma itu !. Capek deeech…

Bekasi, 6 Juni 2009.

Oleh. Purwalodra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun