Mohon tunggu...
Purnawan Andra
Purnawan Andra Mohon Tunggu... Seniman - A sinner with no name

Peminat kajian sosial budaya masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Istirahatlah Kata-Kata: Kesunyian Seorang Wiji Thukul

19 Juni 2020   00:30 Diperbarui: 19 Juni 2020   00:36 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini dihadirkan sebagai konflik, yang memunculkan aparat keamanan sebagai tokoh, baik sungguhan atau yang gadungan. Tensi berbeda muncul dari adegan potong rambut atau tahapan mengurus KTP. Ketegangan yang mengesankan kesumiran film ini muncul melalui simbolisasi yang tak kentara.

Seperti ambigunya olahraga bulutangkis yang pada waktu itu menjadi bagian propaganda militer untuk menyusup dalam kehidupan sosial masyarakat, minuman Coca-cola dan sabun dalam film menjadi pilihan sikap Anggi dalam memandang politik kekinian.

Dalam hal ini Gunawan Maryanto berhasil membawakan konflik batin, suasana hati dan karakter Wiji Thukul lewat gesture tubuh, aksen khas cadel dan tatapan mata yang nanar, dengan mengesankan.

Dan Anggi berhasil merekamnya dengan baik dalam sebagian besar frame film yang berjalan lambat, close up dan diisi paling banyak oleh tiga orang.

Film menjadi kental dengan nuansa kewaspadaan, kecurigaan dan pengawasan, tapi tetap menyediakan ruang pengorbanan dan kesetiakawanan dari para tokoh yang membantu Wji selama pelarian.

Penting juga ketika Anggi tidak lupa menyusur drama tentang keluarga yang ditinggalkan: penantian istri Wiji Thukul, Sipon (Marissa Anita) yang harus menanggung sepi, intimidasi aparat negara dan godaan dari tetangga. Sementara Wiji dengan perjuangannya, maka keduanya sama-sama menanggung beban.

Dan kesemuanya itu diselesaikan dengan elegan dan dramatis: Wiji yang pergi direspon Sipon dengan menyapu sambil sedikit-sedikit terisak -- semacam pernyataan bahwa meski suaminya menghilang, ada hidup yang mesti dibereskan, mesti dilanjutkan. Kita pun demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun