Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tinta Jawa Lebih Hitam

14 Agustus 2011   11:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:47 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Minggu siang (14/08), Kirana merajuk saat mamanya akan pergi rapat. Akhirnya dia merelakan mamanya ikut rapat setelah aku suap untuk mengajaknya pergi ke toko buku. Sudah cukup lama kami tidak pergi bersama ke toko buku. Karena kota kecil, maka koleksi di toki buku ini tidak selengkap di Solo atau Yogyakarta. Tapi tidak menjadi masalah karena tujuan kami sebenarnya adalah membiasakan anak kami mencintai buku. Memasuki toko, ternyata terjadi perubahan, Seksi buku anak-anak telah disulap menjadi etalase untuk stasionary. Dulu, biasanya Kirana senang naik-turun tangga kayu di bagian ini sambil membayangkan seolah-olah dengan berada di menara kastil. Sekarang, buku anak-anak dan buku pelajaran dipindah ke lantai atas.  Barangkali karena omset buku anak-anak tidak besar maka pengelola mengasingkannya ke atas di ruangan tanpa AC dan membutuhkan tenaga ekstra untuk menapaki tangganya. Meski begitu, antusiasme Kirana tidak padam. Dia bergegas memilih buku kesukaannya. Mula-mula dia mengambil buku Petualangan Diego. Namun buku Diego cepat kembali ke raknya, ketika Kirana melihat buku mewarnai Disney Princes.  Setelah membuka lembaran-lembaran halamannya dia berkata padaku, "Aku beli buku ini saja, pa." Namun saat matanya tertumbuk pada buku cerita Princes lain yang ada gimmick-nya, keputusan Kirana berubah. Dia segera menyambar buku itu. Deg!  Harganya pasti mahal tuh karena full collor plus ada hadiahnya. Dalam dunia bisnis, hadiah itu pasti sudah masuk ke dalam komponen harga. Jadi sebenarnya hadiah itu nggak ada. Seperti pepatah, 'tak ada makan siang gratis dalam bisnis.' Apa boleh buat. Aku siap mengambil dompet ketika tiba-tiba, Kirana berubah pikiran lagi. Entah mengapa dia malah kembali mengambil buku cerita Diego. Aku merasa lega dan cepat-cepat membayarnya sebelum anakku berubah pikiran lagi. Selanjutnya berbelanja keperluanku ke bagian stasionary. "Mbak, ada tinta Cina?" tanyaku pada pelayan toko. Tiba-tiba Kirana menyeletuk, "Pakai cat Jawa saja Pa. Lebih hitam." Mula-mula aku tidak begitu memperhatikan ucapan anakku, namun dalam perjalanan pulang, ketika merenungkan kembali kata-kata Kirana, aku tertawa sendiri. "Ada apa pa?" tanya Kirana heran. "Ah nggak apa-apa," elakku. "Tapi Papa kok ketawa sendiri?" desak Kirana tak puas atas jawabanku. "Ada aja," jawabku pendek. *** Sesampai di rumah, aku segera mengoleskan tinta cina itu untuk membuat ilustrasi buku yang sedang kususun. Rupanya Kirana tertarik untuk ikut menorehkan kuas. Dia memang suka menggambar. Semenjak dia sudah bisa memegang alat tulis, kami membebaskan dia dalam berekspresi. Seperti anak yang lainnya, mula-mula dia mencoret-coret di mana saja, termasuk di tembok. Namun kami tidak melarangnya. Tembok yang kotor bisa dicat ulang, namun masa perkembangan anak kami tidak bisa diulang lagi. Kami memanfaatkan hobinya dalam menggambar ini untuk meningkatkan self-esteem (penghargaan diri) Kirana. Kami sedapat mungkin memuji dan mengapresiasi gambarnya. Jika gambarnya selesai, biasanya Kirana menunjukkan pada kami, orangtuanya. Biasanya kami meminta dia untuk menceritakan makna dari gambarnya itu. Wujud dari apresiasi kami adalah dengan memberikan pujian secara verbal (Misalnya, 'Wah bagus sekali!','Keren!', 'Papa bangga!' dll),  dengan sentuhan fisik (memeluk, mengusap punggungnya), dan memajang hasil karyanya. Kalau Anda bertamu ke rumah kami, maka Anda akan disambut gallery lukisan Kirana yang ditempel di daun pintu rumah. Kirana sendiri yang menempelnya memakai selotip. Sebelumnya, karyanya itu sudah masuk dalam mesin pemindai untuk disimpan di komputer. Barangkali coretan Kirana biasa saja. Tidak terlalu istimewa dalam standar seni. Namun hal itu tidak menjadi masalah karena tujuan kami bukanlah soal hasil coretannya (Meski begitu, kami tetu saja merasa sangat senang jika dia memang bertalenta di bidang ini). Kami berharap, dengan memberikan apresiasi ini maka dalam diri Kirana tumbuh kebanggaan diri (self pride) karena karyanya disukai oleh orang lain.  Kebanggan ini merupakan modal yang baik untuk menyusun self esteem (penghargaan diri), juga menjadi komponen bagi citra diri (self picture) yang positif.  Orang yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Semoga itu ada pada anak kami. Berikut ini adalah karya pertama Kirana menggunakan tinta Cina. Karya yang lain dapat dilihat di sini. Persahabatan

Coretan Kirana
Coretan Kirana
Monyet
Coretan Kirana
Coretan Kirana
Kupu-kupu dan Monster

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun