Beranjak dari kasur selepas tidur siang. Di ruang tamu tersaji singkong goreng. Lengkap dengan sambal, kopi, dan rokok.
Ini saya alami kemarin sore ketika terbangun dari tidur siang, yang sudah jarang saya lakukan.
Saya tak lantas menyantapnya, melainkan ke dapur mencari air bening dulu. Membasahi kerongkongan. Kata orang, setelah bangun tidur minum air bening itu bagus.
Kemudian baru saya santaplah itu singkong goreng. Nikmat luar biasa. Tidak main-main.
Padahal, di dapur sudah ada ayam goreng beserta tempe goreng dan sambal. Tapi saya lmemilih singkong.
Ya, lumayan mengurangi beban pengeluaran dapur: Dengan Rp 20 ribu, Anda bisa dapatkan singkong, kopi, dan rokok. Silakan coba kalau tak percaya. Dan ini masih di Jakarta.
***
Haryono Riyadi, dalam bukunya berjudul Politik Singkong Zaman Kolonial, kehadiran singkong di Indonesia tak lepa peran Portugis kala mendarat di Maluku. Kira-kira abad 16.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia, khususnya di Jawa, singkong mulai dikenal dan hingga kini jamak dikonsumsi.
Hanya saja, singkong punya stigma kurang mengenakan: konsumsi orang miskin. Reputasi singkong juga tak kalah buruk di mata ekonomi pertanian.
***