Ragu kusapa dirinya. Salam dan kuperkenalkan diri. Sedetik, dua detik, semenit dua menit hingga satu jam lebih WA ku hanya centang dua tanpa terbaca olehnya. Ingin kuhapus kembali karena rasa maluku. Namun tiba-tiba centang hijau telah terukir di aplikasi itu. Pesanku telah terbaca olehnya. Gemuruh hatiku melihatnya. Hati yang sebenarnya telah terisi oleh orang yang aku cintai kini. Hati yang telah dimiliki oleh orang yang mengucap ijab qobul dengan ayahku. Tapi hati ini hati itu kembali bergolak oleh ingatan akan seseorang di masa silam.
Pesan telah berbalas. Dia menjawab salam dan bertanya balik. Benarkah ini adalah wanita yang pernah mengisi hatinya hingga saat ini?Â
Tak kuasa aku menjawab menyatakan iya karena dirinya mengatakan diriku masih ada dalam hatinya.Â
Walau begitu aku jawab juga dan bilang kalau diriku ada di kotanya sedang berdinas di kantor x . Dia menyampaikan itu sangat dengan tempat usahanya dan akan menemui diriku atau berjumpa di suatu tempat. Dia ingin menemuiku.
Akhirnya pertemuan itu terjadi. Kami bertemu kembali setelah sekian puluh tahun. Hampir tiga dasawarsa. Fisiknya telah berubah, statusnya juga sudah berbeda. Namun aku lega sudah bertemu dengannya. Dia meminta maaf atas apa yang pernah terjadi. Dan kami berjanji untuk meneruskan kehidupan maisng-masing. Tanpa harus berkomunikasi lagi karena kini sudah berbeda.Â
Aku sudah bahagia dengan apa yang ada sekarang ini. Dia juga sudah tak mungkin untuk kembali. Selamat tinggal semuanya.