Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pertimbangkan Besaran Biaya UKT dan Indekos Saat Masa Pandemi

4 Juni 2020   20:15 Diperbarui: 5 Juni 2020   19:30 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Getty Images via Huffington Post)

Sudah tiga bulan anakku yang baru saja masuk kuliah di tingkat awal ini pulang kembali ke rumah. Rasanya baru kemarin nganter ke kos. 

Masih segar dalam ingatan juga bagaimana proses pembayaran uang kuliah di semester ganjil dan genap. Sekarang sudah harus bayar lagi, semoga diberi kelancaran dan kemudahan. 

Saat mau masuk kuliah, anakku yang lolos lewat jalur SNMPTN mulai membuka-buka bagaimana registrasi dan berapa biayanya. Ternyata ada pilihan uang kuliah sesuai penghasilan orangtua.

Walaupun kami, kedua orangtuanya, sama-sama PNS, namun untuk memilih UKT tertinggi rasanya belum mampu, sehingga akhirnya kami mengurus surat-surat untuk pengajuan UKT yang di bawahnya.

Banyak sekali form yang harus diisi untuk mengajukan uang kuliah yang bukan pilihan pertama. Setelah mengisi form tersebut termasuk minta surat keterangan dari desa setempat akhirnya dapat UKT level 2. Kami pun membayar registrasi uang kuliah sesuai dengan ketentuan tersebut.

Diperlakukannya learn from home di masa pandemi membuat anak-anakku kembali ke rumah semua. Mereka belajar dari rumah dengan daring. Untuk memfasilitasi agar mereka bisa mengakses materi dan mengikuti pembelajaran dengan lancar, akhirnya berlangganan wifi di rumah.

Awalnya menggunakan paket kuota biasa, namun ternyata lebih boros dan jaringan tidak stabil serta kadang-kadang habis, padahal masih berlangsung proses pembelajaran daring tersebut.

Berkaitan dengan pembayaran uang kuliah di masa pandemi Covid-19 ini, kebijakan apa yang sekiranya tepat untuk dilakukan? Secara umum banyak warga yang terpuruk secara ekonomi dalam masa ini. 

Akankah mereka mampu membayar uang kuliah untuk putra-putri mereka? Bagaimana kebijakan uang kuliah apakah akan diturunkan atau tetap seperti biasa? Bagaimana keberlangsungan perguruan tinggi jika uang kuliah diturunkan? 

Menurunnya perekonomian membuat kemampuan bayar uang kuliah juga menurun. Kebijakan yang tepat perlu dilakukan guna menjamin keberlangsungan pendidikan anak-anaknya. 

Mungkin bisa diterapkan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan uang kuliah ini. Bagi yang mampu bisa membayar sepenuhnya dan tepat waktu, bagi yang merasa keberatan bisa menggunakan tunda bayar, atau tidak langsung sepenuhnya saat itu juga. Misal dengan mencicil uang kuliah tersebut selama semester itu. 

Bagaimanapun juga perguruan tinggi harus tetap hidup. Perguruan tinggi negeri mungkin bisa tetap berjalan, walaupun banyak juga dana yang sudah dianggarkan dan masuk dalam DIPA PT tersebut namun di tengah-tengah masa pandemi ini tidak bisa dicairkan dan ditarik kembali.

Berbeda halnya dengan perguruan tinggi swasta yang biaya operasionalnya banyak tergantung pada biaya kuliah yang dibayarkan mahasiswa. Jika uang kuliah diturunkan akan menurunkan juga penerimaan dana. Itu berarti operasional PT tersebut bisa terganggu.

Walaupun seperti itu, kebijakan PT memang dibutuhkan dalam masa pandemi ini. Kebijakan tersebut dapat diturunkan dalam berbagai macam cara, mungkin dialihkan ke subsidi kuota misalnya untuk membantu mahasiswanya. Apapun itu yang jelas semua harus disikapi dengan baik. 

Kesulitan yang dialami mahasiswa hakekatnya adalah tanggung jawab perguruan tinggi tempatnya dia kuliah. Jangan sampai kondisi yang sedang dialami oleh mahasiswa menyebabkan mereka terpuruk dan tidak bisa lagi menimba ilmu.

Berbeda halnya dengan perguruan tinggi, kebijakan serupa juga mestinya diberikan oleh pemilik kos. Kondisi yang dialami oleh anakku walaupun kos tidak ditempati namun tetap diharuskan membayar setiap bulannya. 

Saat ini kami harus membayar kamar kos kosong. Kamar kos yang tidak ditempati tetapi harus dibayar hampir penuh juga. Hanya biaya listrik yang dikurangi. 

Mau diambil barang-barangnya dan keluar kos juga sepertinya belum memungkinkan. Jarak yang jauh dan berada dari zona merah ke zona merah bukan perjalanan yang mudah. 

Situasi pandemi ini belum bisa diprediksi sampai kapan. Barang-barang dan motor masih di kosan, artinya kami masih menyewa kamar tersebut dan harus bayar setiap bulannya walau anaknya gak nempati.

Situasi pandemi Covid-19 ini memang banyak menyajikan ketidakpastian. Tetapi kita sebagai manusia juga tetap harus yakin bahwa di setiap ada kesulitan akan ada kemudahan, akan muncul jalan keluarnya.

Semoga saja kita semua diberi kesabaran yang tiada berbatas. Diberi ketabahan menjalani kehidupan yang serba tidak pasti. Menyerahkan semua urusan hanya pada Allah Dzat Yang Menciptakan Kehidupan dan Mengatur Segala Yang Terjadi di Langit dan di Bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun