Puspa Pesona: Sepotong Cerita di Balik Batik Mega Mendung Salem
Batik bukan hanya soal kain bercorak. Ia adalah napas budaya, simbol kearifan, dan juga ruang untuk merayakan identitas. Saya menyadari hal itu justru bukan saat mengenakan batik di acara formal, melainkan ketika tangan saya sendiri mencap malam panas ke atas selembar kain putih panjang.
Beberapa waktu lalu, saya membuat karya batik, dan saya menamainya Puspa Pesona. Dalam karya ini, saya tidak menggunakan teknik batik tulis. Semua motif  menggunakan batik cap, lalu saya lanjutkan ke proses pewarnaan. Salah satu hal yang membuat saya tertarik adalah bagaimana motif dan warna bisa mencerminkan karakter pembuatnya. Karena itulah, saya memilih motif Mega Mendung, simbol mendung yang meneduhkan dan memadukannya dengan warna salem, warna yang lembut namun punya kekuatan emosional tersendiri.
Dari Cap ke Warna: Proses yang Penuh Rasa
Saya mulai dengan selembar kain putih sepanjang dua meter. Motif Mega Mendung saya cap secara hati-hati menggunakan alat cap tembaga. Bagi saya, ini bukan sekadar aktivitas teknis. Ada ketelitian yang harus dijaga: posisi cap, tekanan tangan, dan suhu malam (lilin batik) harus pas agar motif tidak rusak.Â
Motif Mega Mendung sendiri punya filosofi yang dalam. Ia berasal dari Cirebon, menggambarkan awan yang bergulung-gulung bukan awan gelap yang menakutkan, melainkan awan yang membawa keteduhan. Saya merasa motif ini cocok dengan pesan yang ingin saya bawa: bahwa keindahan bisa lahir dari ketenangan, bukan dari kilau yang mencolok.
Setelah semua motif selesai dicap, saya masuk ke proses pewarnaan menggunakan teknik bak goyang. Teknik ini membuat warna meresap perlahan dan lembut ke seluruh kain. Â Warna salem yang saya pilih menyebar dengan anggun, membalut motif Mega Mendung dengan kesan tenang dan feminin. Setelah diwarnai, kain dijemur di bawah sinar matahari. Proses ini penting, bukan hanya untuk mengeringkan, tapi juga untuk "mengunci" warna agar tahan lama.
Mengapa Saya Menamai Karya Ini "Puspa Pesona"?
Bagi saya, "puspa" berarti bunga, memiliki simbol keindahan, kelembutan, dan pertumbuhan. Sedangkan "pesona" adalah apa yang terpancar dari dalam, sesuatu yang tidak selalu kasat mata, tapi bisa dirasakan. Warna salem yang saya pilih menggambarkan puspa itu sendiri: lembut, tidak mencolok, namun menarik perhatian. Sementara motif Mega Mendung membawa nuansa pesona yang meneduhkan, seperti awan yang membawa harapan hujan setelah kemarau.
Menjaga Batik, Menjaga Budaya
Setelah merasakan langsung membuat batik, saya makin sadar bahwa batik adalah warisan yang tidak boleh hanya dikenang tapi juga dijalani. Saya membayangkan para pembatik di berbagai daerah di Indonesia yang setiap hari mencurahkan waktu dan tenaga untuk membuat satu helai kain. Mereka bukan hanya pengrajin, tapi juga penjaga cerita, pewaris filosofi.
Kita seringkali hanya melihat hasil akhirnya: kain yang sudah jadi, dijual di toko, atau dipakai di acara penting. Tapi di balik itu semua ada proses panjang yang penuh ketekunan. Dan di balik setiap motif ada makna yang tidak kalah mendalam.
Lewat karya Puspa Pesona, saya ingin mengajak siapa pun yang membaca ini untuk melihat batik dengan cara berbeda. Jangan hanya pakai. Cobalah untuk tahu siapa yang membuatnya. Kenali motifnya. Tanyakan warnanya. Karena semakin kita tahu, semakin kita bisa menghargai.
Pengalaman membuat batik ini adalah salah satu proses kreatif yang sangat bermakna dalam hidup saya. Ia mengajarkan saya untuk sabar, untuk teliti, dan untuk menghargai detail. Tapi lebih dari itu, ia mengingatkan saya bahwa di tengah dunia yang serba cepat, ada nilai besar dalam menciptakan sesuatu dengan perlahan seperti batik.
Batik bukan sekadar tradisi. Ia adalah jati diri. Dan setiap kali kita menciptakannya, mengenakannya, atau bahkan sekadar membicarakannya, kita ikut menjaga agar warisan ini terus hidup di tengah zaman yang terus berubah.
Saya percaya, setiap orang bisa punya Puspa Pesona-nya masing-masing. Entah dalam bentuk karya, cerita, atau pengalaman yang lahir dari tangan dan hati mereka sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI