Mohon tunggu...
Pujakusuma
Pujakusuma Mohon Tunggu... Freelancer - Mari Berbagi

Ojo Dumeh, Tansah Eling Lan Waspodho...

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kemenangan Gibran dan Bobby Bukan Karena Jokowi

10 Desember 2020   12:25 Diperbarui: 10 Desember 2020   12:29 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bobby dan Gibran yang berhasil memenangkan Pilkada Serentak 2020. Dok tagar.id

Jokowi sendiri tak pernah meminta apalagi mendorong anak dan menantunya maju dalam kontestasi politik. Setiap ditanya awak media, Jokowi selalu menegaskan dirinya tak pernah memaksa anak dan menantunya mengikuti jejak kariernya di dunia politik.

Namun, Jokowi mengatakan bahwa anak dan menantunya memiliki hak yang sama dalam politik, yakni hak untuk dipilih dan memilih. Bahkan, Jokowi juga tidak memberikan karpet merah dengan membantu optimal pencalonan keduanya. Dua-duanya diminta Jokowi mengikuti alur demokrasi dari awal, mulai mencari partai pengusung sekaligus kampanye.

Jika menganggap Gibran dan Bobby adalah upaya Jokowi menancapkan dinasti politiknya, maka mari kita mencoba kembali pada perhelatan pemilu-pemilu sebelumnya. Ada banyak contoh, dimana anak seorang presiden, gagal maju dalam kontestasi politik.

Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu menjadi contohnya. Putra sulung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono juga maju sebagai salah satu kandidat. Namun, AHY kalah telak dari dua pesaingnya, Anies Baswedan dan Ahok.

Sebagai mantan presiden yang berkuasa selama 10 tahun, tentu SBY memiliki kharisma kuat untuk memenangkan putranya itu. Namun masyarakat beranggapan lain, dan menilai AHY belum mampu menjadi orang nomor satu di DKI.

Atau kisah Megawati Soekarno Putri, anak sang proklamator ulung sekaligus bapak bangsa, Ir Soekarno. Saat ia maju dalam kancah politik sebagai calon presiden, ia juga gagal mendapatkan hasil manis.

Meski ada yang mengatakan beda konteks, karena anak-anak Jokowi maju saat ia masih aktif menjadi Presiden, namun sebenarnya Gibran dan Bobby bisa saja kalah kalau memang tak dipercaya masyarakat. Satu yang harus diingat, sistem pemilu di Indonesia adalah pemilihan langsung oleh rakyat, bukan ditunjuk oleh penguasa negara.

Jika masyarkat menganggap Gibran dan Bobby tak kompeten, tentu mereka tak akan memilih keduanya. Diakui atau tidak, literasi politik masyarakat Indonesia terus meningkat, dan mereka kini lebih rasional dalam memilih calon pemimpinnya. Kalau masyarakat tidak suka, jangankan anak presiden, orang yang mengaku keturunan Nabi juga bisa kalah.

Apapun hasilnya, ini adalah gambaran politik di Indonesia. Stop menyalahkan Jokowi dan nyinyir dengan keberhasilan Gibran dan Bobby sebagai Wali Kota Surakarta dan Medan. Toh keduanya sudah mengikuti proses sejak awal, tanpa ada upaya-upaya dari Jokowi sebagai presiden untuk memenangkan anak dan menantunya dengan segala cara.

Mari kita berpikiran positif dengan terpilihnya purtra dan menantu presiden dalam kontestasi politik ini. Peristiwa ini akan menjadi sejarah, dan pasti akan dikenang dalam kehidupan anak cucu kita nanti.

Kita hanya bisa mendoakan, Gibran dan Bobby dapat menjadi pemimpin yang amanah yang mengatasnamakan segala kepentingan kepada rakyat. Mereka masih muda, tentu masih membutuhkan banyak bimbingan dan arahan. Alangkah indahnya, jika politisi-politisi gaek tanah air, ikhlas dengan hasil demokrasi ini dan memberikan dukungan serta suportnya pada keduanya.

Selamat pada Gibran dan Bobby. Semoga Surakarta dan Medan akan semakin baik di tangan kalian berdua. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun