Mohon tunggu...
Intan Puri Hapsari
Intan Puri Hapsari Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penikmat alam semesta. Pengamat fenomena dunia. Pecinta seni manusia berevolusi dan berinteraksi Penulis jadi jadian yang ingin terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Minimalis cikal bakal Idealis?

28 September 2020   19:40 Diperbarui: 3 November 2020   03:41 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kalau mau dikaitkan dengan dunia filosofi, Stoik dan Epikur bisa juga dikatakan filosof minimalis. Mereka berpedoman untuk dapat meminimalisirkan masalah maka kita harus bisa menekan  keinginanan. 

Keinginan akan kepemilikan bisa menjadi contohnya. Kedua filosof asal Yunani ini beranggapan bahwa keinginan yang berlebihan mungkin saja bisa menimbulkan sebuah masalah.  Maka dari itu sebaiknya manusia bisa dengan lebih bijak menekan keinginan keinginannya. Prinsip ini bisa juga diaplikasikan kedalam kehidupan sehari hari.

Prinsip minimalis bisa menjadi pengerem dan pengontrol hidup kita sebelum bertindak. Dengan menerapkan konsep kesederhanaan, sudah pasti segala sesuatu yang berlebihan akan terlihat seperti sebuah "racun" dipikiran kita. 

Algoritme yang mondar mandir menyajikan iklan sesuai selera kita pada akhirnya hanya akan menjadi bacaan lewat saja.Di era ini, dimana semua gerak gerik kita diawasi oleh penguasa internet dan kawanannya. Tentu saja, godaan akan semakin besar dan hati ini akan lebih mudah tergoda  untuk membeli sesuatu. Akan tetapi jikalau prinsip minimalis ini sudah diterapkan menjadi gaya hidup, maka keinginan berbelanja yang impulsive tidak akan terlintas lagi dibenak kita.  

Singkat kata gerakan minimalis menawarkan sisi lain dari relasi kita terhadap barang. Dengan sedikit barang yang kita miliki, hubungan emosional kita terhadap barang tersebut akan semakin berharga. 

Kita akan lebih menghargai barang yang kita punya dan penggunaannya akan menjadi lebih berhati-hati. Bonusnya, tempat pembuangan akhir di planet  kita ini tidak membludak terisi oleh barang-barang yang ditinggalkan oleh pemiliknya dengan alasan bosan.

Mengadopsi gaya hidup minimalis itu sendiri bukan hanya sebatas kepemilikan barang saja. Hubungan relasi terhadap sesama juga bisa dibicarakan secara sederhana. 

Sederhana disini yang saya maksud adalah memiliki relasi yang berkualitas daripada kuantitas. Social media memang sudah membantu kita untuk menemukan teman lama yang telah hilang bertahun tahun. 

Euphoria memiliki banyak teman seringkali tergambarkan oleh betapa popularnya hidup seseorang! Apakah pemikiran ini salah? Tidak ada yang salah dengan pemikiran ini, namun saya hanya ingin memberikan sisi lain dari "minimalis" ala pertemanan saja. Di zaman modern ini, saya merasa manusia cenderung lebih nyaman berteman di dunia maya daripada dunia nyata.  Fasilitas teknologi semakin memudahkan hidup manusia untuk terkoneksi kedunia maya nun jauh disana. Rutinitas yang terkadang tidak menyisakan waktu untuk menjaga sebuah hubungan menjadi terselamatkan oleh social media

Berkat social media kita dapat melihat cerita hidup seorang teman, gebetan atau keluarga. Dan terkadang kita merasa cukup dekat dan tahu tentang hidup orang lain. Namun apakah semua yang ditampilkan didunia maya secara gamblang adalah kenyataan yang sebenarnya? . Sebuah pertanyaan besar!

Ironisnya kehadiran sosial media membuat Quality time bersama teman atau keluarga terkadang menjadi hal yang basa basi saja.Bagi saya sosial media bukan hanya menjauhkan yang dekat tapi juga menambah jarak kualitas pertemanan. Jadi mana yang lebih penting kuantitas atau kualitas? Bagi saya untuk apa memiliki kuantitas pertemanan, toh itu hanyalah sebuah angka saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun