Mohon tunggu...
Intan Puri Hapsari
Intan Puri Hapsari Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penikmat alam semesta. Pengamat fenomena dunia. Pecinta seni manusia berevolusi dan berinteraksi Penulis jadi jadian yang ingin terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Minimalis cikal bakal Idealis?

28 September 2020   19:40 Diperbarui: 3 November 2020   03:41 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Penyamarataan selera pasar seperti ini secara tidak langsung menguntungkan industrial partai besar. Ibaratnya, produk massal yang mereka hasilkan berhasil dikonsumsi secara massal juga diberbagai belahan dunia. 

Terdapat stigma bahwa manusia pada zaman itu menyebut dirinya sah sebagai manusia modern kalau sudah menkonsumsi produk industri. Seperti yang digambarkan oleh Samuel Huntington dalam buku The clash of Civilisation and the Remaking World .

"Becoming a modern society is about industrialization, urbanization, and rising levels of literacy, education, and wealth".

Industrialisasi menjadi simbol keberhasilan sebuah negara menuju modernisasi massal. Industri rumahan sudah tidak menjadi bagian dari industri yang harus dilindungi. Menjadi buruh pabrik adalah sebuah pekerjaan yang menjanjikan. 

Prinsip economie of scale industri massal ;  semakin banyak barang yang diproduksi, otomatis harga barang menjadi lebih murah. Melalui logika seperti ini, prinsip "asal harga murah" membuat konsumer tidak lagi mengindahkan barang sesuai fungsinya.  Kalau dulu, orang membeli barang karena kebutuhan fungsional barang itu sendiri. 

Saat ini, kegiatan berbelanja bukan lagi karena kebutuhan akan sebuah barang namun sebagai aktifitas plesiran. Membeli sesuatu bukan lagi karena kebutuhan tetapi lebih kepada kata hati yang berbisik "kapan lagi bisa dapat harga semurah ini". 

Dengan pemikiran seperti ini, tidak heran kalau sekarang kita cenderung memiliki banyak barang dengan fungsi yang hampir sama. 

Terkadang kita bisa membeli barang dengan fungsi yang sama dalam kemasan yang berbeda. Alhasil, akan ada banyak barang menumpuk di rumah.  Dan kenyataannya barang barang tersebut berubah fungsi menjadi barang pajangan.

Pada akhirnya pola hidup konsumsi massal mencapai titik jenuhnya bagi sebagian orang. Fenomena gerakan minimalispun lahir untuk melawan arus!  Sebenarnya minimalis itu sendiri terkenal dalam dunia seni lukis pada tahun 50 an. Minimalis dalam artian Kamus Besar Bahasa Indonesia  ; berkenaan dengan penggunaan unsur-unsur yang sederhana dan terbatas untuk mendapatkan efek atau kesan yang terbaik. 

Maka dari itu dalam dunia seni rupa, karya minimalis cenderung menonjolkan garis harmoni yang sederhana. Lalu, bagaimana dengan gerakan minimalis yang menjadi gaya hidup? Ya, sesuai dengan kata itu sendiri, hidup dalam kesederhanaan. 

Tujuan utama dari gerakan ini adalah meminimalisirkan kepemilikan barang guna menonjolkan fungsi barang itu sendiri. Jadi, prinsip mereka mensortir barang yang tidak membawa fungsi penting dikehidupan sehari-hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun