Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - ⛔

👨‍🦱; kamu pernah liat nggak, kapan Tuhan tersenyum? 👧; nggak tau, emang kamu pernah liat? kapan? 👨‍🦱; sewaktu dulu di dunia aku pernah berdoa meminta kepadaNya, agar aku di jodohkan denganmu, tetapi doanya pake doa makan sesudah tidur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Dalam Pangkuan Hujan, di Bangku Ramadan

22 Mei 2019   21:48 Diperbarui: 22 Mei 2019   21:49 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tolong jelaskan apa yang sedang terjadi? serumit inikah kebebasan menyampaikan rindu sampai-sampai hujan turun tangan suratkan gelisah di hati.

Paras cakrawala hampir pucat pasi, sakit hati barangkali dikacangin Tuan tanah yang sibuk mematok batasan kekuasaan. Dilarang keras mengunggah gubuk rindu; Meski dalam keadaan sembunyi-sembunyi.

Sayangnya malam ini aku cuma tanaman perdu liar, yang tak serindang beringin keramat tapi tak ada yang ingin berteduh dari lelahnya menggembala anak-anak sunyi.

Lebih baik melarikan diri ke rumah kosong pikirku, di luar sedang ada gerakan membungkam hujan tak boleh sembarangan demonstrasikan suara rindu. Cukuplah diam, diam dan tunggulah; Kesaktian cemeti dewa bubarkan kegelisahan ini.

Coba tolong jelaskan apa yang sedang terjadi? seangker inikah rumah hati yang kosong tak lama di tempati. Sampai-sampai dalam pangkuan hujan, di bangku ramadan ini aku harus bertanya sekali lagi; Kapan Tuhan aku mampu berdamai dengan masa laluku sendiri?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun