Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - ⛔

👨‍🦱; kamu pernah liat nggak, kapan Tuhan tersenyum? 👧; nggak tau, emang kamu pernah liat? kapan? 👨‍🦱; sewaktu dulu di dunia aku pernah berdoa meminta kepadaNya, agar aku di jodohkan denganmu, tetapi doanya pake doa makan sesudah tidur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Balon Udara Pelarian

15 Mei 2019   04:48 Diperbarui: 15 Mei 2019   04:51 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
noticias.uol.com.br

Sebentar lagi perang, kalian saja yang perang. Aku belum mau mati setelah tahu mati terlalu menakutkan untuk aku yang cuma penikmat kehidupan.

Bagaimana bisa semesta merestui peperangan, mata mereka terlalu buta dibutakan kegilaaan pilihan. Celaka!! dalam hitungan tak sampai sepuluh jemari tangan ketenanganku bakal dihancurkan.

Sebentar lagi perang, kalian saja yang perang. Aku sedang atau malah bahkan sudah melayang terbang sendirian bersama balon udara besar pelarian namun belum ada tujuan. 

Aku tak mau mati di tanggal seram itu karena sebatas ikut-ikutan, kalian saja yang mati duluan. Surga kita sedari awal jelas berbeda versi pemahaman. Menyoal usia semua ingin menutup napas dalam kebaikan.

Kalian saja yang perang, selamat tinggal negeriku yang malang. Aku ingin berkeras kepala menantang takdir Tuhan; dengan lambaikan tangan dari kejauhan.

Tapi tunggu dulu bukankah kecerdikan kebencian tak sebodoh yang aku pikirkan, siapa tahu aku yang malah mati duluan sebab aku terbang bersama bom waktu yang detiknya sedang berjalan mundur ke belakang; Sialan!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun