Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Anhedonia: Ketika Kehilangan Rasa Senang Jadi Sumber Derita yang Luput Dipahami

4 Oktober 2025   08:33 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:25 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang dengan anhedonia (Sumber: gambar dibuat dengan ChatGPT)

* hilangnya rasa senang,

* dan tidak adanya "perasaan positif" dalam aktivitas sehari-hari.

Penelitian neuroimaging memperlihatkan bahwa kondisi ini berkaitan dengan disfungsi sistem reward di otak, khususnya di area seperti nucleus accumbens dan prefrontal cortex.

Sistem reward otak inilah yang biasanya membuat kita bersemangat saat menonton film kesukaan, menikmati makanan lezat, atau tersenyum ketika bertemu orang tersayang. Ketika sistem ini tidak berfungsi optimal, hidup terasa datar, hampa, dan penuh beban.

Mekanisme Bersama dan Target Terapi

Jika nyeri, depresi, dan fatigue memiliki mekanisme patofisiologi yang sama melalui anhedonia, maka hal ini membuka peluang baru. Para peneliti mengusulkan bahwa anhedonia bisa menjadi target terapi yang penting.

Artinya, alih-alih hanya mengobati nyeri dengan analgesik atau depresi dengan antidepresan, pendekatan baru harus mempertimbangkan bagaimana memulihkan fungsi reward otak.

Pendekatan ini tidak hanya melalui obat-obatan, tetapi juga bisa melalui:

* Intervensi psikoterapi berbasis motivasi

* Latihan aktivitas fisik teratur (yang terbukti meningkatkan dopamin dan endorfin)

* Teknologi digital , misalnya program intervensi berbasis aplikasi yang melatih pasien merasakan kembali pengalaman positif sehari-hari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun