Mohon tunggu...
Pryscilla Conny
Pryscilla Conny Mohon Tunggu... Lainnya - Marcomm

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Transformasi Pendidikan Indonesia: Bukti Nyata Perbaik

2 Mei 2024   18:56 Diperbarui: 2 Mei 2024   18:59 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ipsos meluncurkan Global Education Monitor. Studi ini meneliti pandangan masyarakat tentang pendidikan dan pengajar, termasuk penggunaan Artificial Intelligence (AI) di sekolah. Survei yang melibatkan 500 responden di Indonesia ini memberikan gambaran tentang bagaimana masyarakat memandang sistem pendidikan di Indonesia.

Dari 29 negara yang disurvei, sebagian besar menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap sistem pendidikan di negara masing-masing. Mayoritas negara di Asia Tenggara memiliki tingkat kepuasan yang tinggi terhadap sistem pendidikan di negaranya yang sudah cukup bagus, seperti Singapura (74%), dan diikuti oleh Indonesia (53%).

Menariknya, tingkat kepuasan pada sistem pendidikan di negara berkembang seperti Indonesia ini terbilang tinggi jika dibandingkan dengan negara maju seperti Australia, yang hanya mencapai 57%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di Asia Tenggara umumnya memiliki keyakinan terhadap kualitas pendidikan di negara mereka.

Selanjutnya, lebih dari setengah (56%) masyarakat Indonesia yakin bahwa kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan saat mereka (para responden) masih berada di bangku sekolah. Sedangkan hanya 25% responden yang berbeda pendapat, dan menyatakan jika kualitas pendidikan di Indonesia saat ini lebih buruk. Persepsi positif ini didorong oleh generasi yang lebih muda yaitu Milenial dan Gen Z. Karena faktanya, Baby Boomer dan Gen X percaya bahwa sistem pendidikan saat ini lebih buruk dibandingkan dengan masa mereka sekolah dulu. 

Bahkan sebanyak 67% masyarakat Indonesia turut menyetujui bahwa sistem pendidikan dapat berkontribusi besar dalam mengurangi kesenjangan sosial.

Tantangan yang Dihadapi di Sekolah


Terdapat tiga tantangan utama yang dihadapi oleh seluruh 29 negara yang disurvei, yaitu, kurikulum yang ketinggalan zaman, ketidakmerataan akses terhadap pendidikan, dan kelas yang terlalu padat. 

Di Indonesia sendiri, meskipun 72% masyarakatnya percaya bahwa sebagian besar institusi pendidikan di negara mereka memiliki sumber daya dan fasilitas yang memadai, seperti buku bacaan, teknologi, laboratorium, dan lain sebagainya. Namun di sisi lain, masih terdapat ironi yang mengkhawatirkan, yaitu Indonesia menduduki peringkat tertinggi (62%) di antara 29 negara yang disurvei dalam hal ketidakmerataannya akses pendidikan. 

Selain itu, adapun beberapa tantangan utama lain yang dihadapi pada sistem pendidikan di Indonesia. Berikut di antaranya:

  1. Penggunaan teknologi yang tidak memadai (40%): Di era digital ini, teknologi seharusnya menjadi alat bantu yang esensial dalam proses belajar mengajar. Namun, survei menunjukkan bahwa masih banyak sekolah di Indonesia yang belum dapat memanfaatkan teknologi secara maksimal. Hal ini tentu saja menjadi salah satu penghambat dari proses belajar mengajar dan membuat siswa tertinggal dari perkembangan zaman.

  2. Infrastruktur yang tidak memadai (37%): Fasilitas belajar yang nyaman dan memadai merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Namun, faktanya masih banyak sekolah di Indonesia yang infrastrukturnya tidak atau belum memadai, seperti ruang kelas yang sempit, sanitasi yang buruk, dan laboratorium yang tidak lengkap.

  3. Kurikulum yang ketinggalan zaman (18%): Kurikulum pendidikan harus selalu diperbarui agar relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan pasar kerja. Namun, masih banyak sekolah di Indonesia yang menggunakan kurikulum yang sudah ketinggalan zaman, sehingga materi pelajaran yang diajarkan tidak lagi sesuai dengan kebutuhan siswa saat ini.

Sikap terhadap Guru

Pada 29 negara yang disurvei, terdapat 45% responden tidak merekomendasikan anak-anak mereka untuk memilih profesi sebagai guru. Namun hal ini berbeda dengan negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia di mana sebagian besar masyarakat (58%) justru mendukung anak mereka atau anak-anak muda lainnya untuk menjadi guru. Meski demikian, di sisi lain sebanyak 51% masyarakat Indonesia tidak setuju jika para guru di Indonesia sudah memiliki bayaran yang mencukupi. Meski demikian, sebanyak 71% masyarakat Indonesia tetap mendukung dan mengapresiasi para guru ini dengan mengakui dan sangat menghargai kerja keras dari para guru. 

Namun, perlu dicatat bahwa angka apresiasi terhadap kerja keras guru di Indonesia (71%) ini masih jauh berada dibawah negara-negara tetangga seperti Singapura (80%), Thailand (74%), dan Malaysia (73%). Hal ini membuktikan bahwa masih ada ruang untuk kita dapat terus meningkatkan persepsi masyarakat terhadap kerja keras guru di Indonesia.

Teknologi

Secara umum, masyarakat di seluruh dunia lebih percaya bahwa teknologi termasuk Artificial Intelligence (AI) akan memberikan dampak positif terhadap proses belajar mengajar dibandingkan dampak negatifnya, lebih dari setengah (54%) masyarakat Indonesia setuju dengan pertanyaan tersebut. 

Mengajarkan AI kepada siswa di sekolah tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi secara efektif, tetapi juga dapat memperluas pemahaman mereka terkait dampak etika dan sosial dari AI itu sendiri. Faktanya, sebanyak 79% masyarakat Indonesia menegaskan bahwa pengajaran AI di sekolah merupakan hal yang penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun