Mohon tunggu...
Pro Suprapto
Pro Suprapto Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Seorang yang senang sharing pengetahuan melalui tulisan, hobi bersepeda, dan tinggal di jakarta. \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

3R: Rokok, Racun dan Ring

8 Agustus 2017   07:31 Diperbarui: 8 Agustus 2017   07:36 1694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: shutterstock

Terkait dengan penghasilan cukai untuk membangun infrastruktur, sebuah penelitian yang dilakukan Lembaga Demografi Universitas Indonesia menyimpulkan bahwa setelah dihitung total, kerugian dari kebiasaan merokok jauh lebih besar dibandingkan penghasilan/keuntungan  yang diraih. Tahun 2010, kerugian ekonomi akibat hilangnya waktu produktif terkait meningkatnya kematian, kesakitan dan disabilitas akibat merokok mencapai Rp 105,3 triliun. Biaya pembelian rokok  Rp138 triliun, biaya rawat inap akibat penyakit terkait rokok Rp1,85 triliun, dan biaya rawat jalan akibat merokok mencapai Rp 260 miliar.

Penerimaan cukai hasil tembakau pada 2010  Rp56 triliun, tapi total kerugian makroekonomi terkait konsumsi rokok mencapai Rp245,4 triliun, atau empat kali lebih besar dari penerimaan cukai hasil tembakau (idionline.org). Karena itu, apa masih mau merasa bahwa para perokok itu adalah pahlawan pembangunan.

Dan yang lebih memprihatikan, jumlah perokok di Indonesia terus meningkat. Tahun 1995 jumlah perokok 34,7 juta perokok dan 2011 naik menjadi 65 juta perokok.  Peneliti Lembaga Demografi FEUI, Abdillah Hasan, mengatakan tahun 1995 diperkirakan ada 33,8 juta perokok laki-laki dan 1,1 juta perokok perempuan. Namun,  tahun 2007  meningkat drastis menjadi 60,4 juta perokok laki-laki dan 4,8 juta perokok perempuan.

Prevalensi merokok pada usia remaja juga sangat mengkhawatirkan, jika  tahun 1995 hanya tujuh persen remaja merokok, lalu 12 tahun kemudian meningkat menjadi 19 persen. Menurut dia, peningkatan yang drastis ini membuktikan betapa efektifnya strategi industri rokok dan betapa lemahnya pemerintah dalam melindungi remaja dari rokok (Republika.co.id, 18 Agustus 2011). Dampak merokok terhadap kesehatan baru akan dirasakan 25 tahun kemudian.

Dosen Marketing The Business School Edinburg Napier University, London, Nathalia C Tjandra menyatakan hampir sebanyak 40 persen perokok aktif di Indonesia berasal dari kalangan remaja laki-laki. Konsumsi rokok Indonesia juga terus naik, bahkan 36,3 persen. Tidak hanya itu 73,3 persen pria di atas 15 tahun pun rentan terhadap rokok (Tempo.co, 21 September 2016).

Kembali kepada pernyataan petugas medis tadi, saya kemudian ingat bahwa masih dalam bulan ini, salah satu teman sejawat saya di kantor, generasi 1980an baru saja terkena serangan  jantung. Dia menjalani operasi pemasangan ring setelah dirawat beberapa hari. Dia pengantin baru. Apakah dia seorang perokok, jawabannya: YA.

Beberapa bulan sebelumnya, teman sejawat saya yang juga masih muda dan usianya 30-an tahun, juga terkena serangan jantung ketika sedang liputan di gedung yang terhormat. Dia tak sadarkan diri dan langsung dilarikan ke RS jantung di bilangan Jalan S Parman, Jakarta Barat. Dia juga langsung menjalani operasi pemasangan ring. Apakah dia perokok, jawabannya: YA.

Sebelumnya, tiga orang teman sejawat saya yang usianya sudah berkepala 4 atau 5 juga terkena serangan jantung dan kemudian dipasang ring. Apakah ketiganya juga perokok, jawabannya: YA. Saya masih bisa memberikan contoh beberapa orang yang saya kenal cukup dekat dan terkena serangan jantung dan orang tersebut sebelumnya juga perokok.

Apakah orang tersebut masih merokok setelah dipasangi 'cincin sakti', setahu saya semuanya berhenti, kecuali satu orang yang masih coba-coba merokok lagi karena dia merasa sudah sehat. Para mantan itu pun baru sadar dan mengaku bahwa merokok memang menjadi salah satu faktor utama terkena penyakit jantung. Para mantan itu sebelum terkena serangan jantung pun selalu saja mencari pembenar agar tetap bisa merokok.

Sekarang, sebagai mahluk yang diberikan kelebihan kemampuan berpikir dibandingkan mahluk lain, apakah kita harus terkena serangan jantung dulu baru berhenti merokok? Apakah kita harus ke matahari dulu supaya kita tahu bahwa temperaturnya mencapai 15 juta derajat Celcius? Apakah kita harus memegang api terlebih dulu supaya bisa merasakan panas? Apakah kita harus mati dulu supaya kita bisa tahu bahwa ada syurga dan neraka?  Apakah kita harus memegang setrum dulu supaya kita tahu bagaimana rasanya terkena sengatan listrik?

Wahai saudaraku, sayangilah dirimu sendiri, sayangilah orangtuamu, anak-anakmu yang masih kecil-kecil, istri (istri)mu, dan sanak saudaramu. Berhentilah menyiksa diri. Berhentilah menghisap racun. Dan.... kalau kalian belum bisa berhenti, maka paling tidak janganlah mempertontonkan kebiasaan itu kepada anak-anak, kepada remaja, kepada manusia lain yang ingin hidup lebih sehat. Janganlah memasang foto profi yang tengah merokok atau memegang rokok di facebook, whasapp, BBM, instagram, dan aplikasi media sosial lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun