Mohon tunggu...
Priyo Widiyanto
Priyo Widiyanto Mohon Tunggu... Dosen - Papan Kanggo Olah Rogo lan Roso. Edukatif dan Teraputik.

Seorang peziarah kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merawat Keluarga

28 Oktober 2020   19:17 Diperbarui: 28 Oktober 2020   19:27 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernikahan merupakan awal dari sebuah bangunan keluarga. Ada pernikahan dengan pesta berbiaya ratusan juta, tetapi ada juga pernikahan dengan pesta yang sangat sederhana, cukup dengan beberapa ratus ribu. 

Besar kecilnya biaya pernikahan tentu tidak berpengaruh pada sifat kesucian pernikahan itu sendiri. Apakah kemeriahan pesta pernikahan ada hubungannya dengan kelanggengan usia pernikahan, juga belum tentu. Pesta pernikahan hanyalah sesaat, mungkin hanya satu atau dua hari, atau paling lama satu minggu. 

Ada pernikahan yang bertahan hanya beberapa bulan, tetapi ada pernikahan yang sungguh bertahan sampai akhir hayat pasangan suami istri tersebut. Apakah rahasia pernikahan yang bisa bertahan sampai akhir hayat pasangan suami istri tersebut? Ternyata rahasianya adalah kemampuan suami-istri tersebut dalam merawat kegembiraan, kasih, dan kepedulian tetap ada di tengah keluarga. 

Merawat kegembiraan, kasih, dan kepedulian di tengah keluarga bukan perkara mudah karena pasangan suami-istri merupakan pribadi yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda pula. Dengan demikian, setiap pasangan suami-istri bisa memiliki persepsi yang berbeda atas peristiwa yang terjadi dalam keluarganya. 

Melihat bunga mawar yang berduri, suami bisa berkata penuh penyesalan "sayang bunga itu berduri" sedangkan istri melihatnya dengan penuh syukur "syukurlah bunga itu berbunga indah".

Peristiwa "bunga mawar yang berduri" ini bisa terjadi pada banyak peristiwa di tengah keluarga sehingga memunculkan konflik, pertengkaran bahkan perceraian. 

Oleh karena itu, kehadiran "bunga mawar yang berduri" di tengah keluarga itu perlu dikelola dengan baik melalui komunikasi antar anggota keluarga yang dilandasi oleh kepedulian dan kasih sehingga kehadiran "bunga mawar yang berduri" ini bukan merupakan awal dari perceraian antar suami-istri atau kehancuran keluarga, tetapi awal dari kegembiraan yang berkelanjutan di tengah keluarga. 

Perkawinan bukanlah puncak cinta tetapi sarana untuk menyempurnakan cinta. Perkawinan merupakan awal membangun keluarga, di dalam keluarga itulah penyempurnaan cinta terus berproses. 

Pasangan suami istri yang tadinya jatuh cinta dan saling menncintai karena didorong oleh faktor-faktor duniawi (ketampanan, kecantikan, kekayaan, dsb) dalam perjalanan waktu karena pertambahan usia, yang duniawi tersebut semakin rapuh, apakah cinta diantara mereka juga semakin rapuh, tentu saja tidak, apabila keluarga itu terus dirawat. 

Merawat cinta dalam kehidupan berkeluarga tentu saja penuh perjuangan karena dinamika hidup berkeluarga juga bisa diwarnai dengan gelombang keluarga, diperlukan keterampilan untuk berselancar sehingga gelombang keluarga bisa dinikmati bersama. 

Bila semua itu berproses dengan baik maka pasangan suami-istri tersebut ketika tua akan menjadi "kaya mimi lan mintuna" rukun, dipenuhi kesetiaan, bahagia bersama lahir batin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun