Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Indonesia Krisis Dokter Spesialis, dan Apa Solusi Pemerintah?

28 Agustus 2025   19:00 Diperbarui: 28 Agustus 2025   08:50 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokter spesialis anak-yesdok

 

Menjadi dokter spesialis adalah cita-cita banyak dokter umum. Namun, jalan ke sana ibarat mendaki gunung terjal: penuh tantangan, biaya besar, dan persaingan yang sangat ketat. Kondisi inilah yang membuat Indonesia masih kekurangan puluhan ribu dokter spesialis hingga hari ini.

Persaingan Masuk yang Super Ketat

Untuk bisa lolos ke program pendidikan dokter spesialis (PPDS), seorang dokter harus bersaing dengan ribuan calon lain yang sama-sama berprestasi. Kuota di universitas negeri sangat terbatas, sementara jumlah peminatnya terus melonjak setiap tahun. Tak heran banyak dokter yang akhirnya harus menunggu bertahun-tahun atau bahkan mengurungkan niat.

Biaya Pendidikan Selangit

Bagi yang berhasil lolos, tantangan berikutnya adalah biaya. Biaya kuliah PPDS bisa mencapai ratusan juta rupiah per semester, belum termasuk biaya hidup, buku, dan kebutuhan lainnya. Beasiswa memang tersedia, tetapi jumlahnya sangat terbatas dan persaingannya sama beratnya dengan seleksi masuk.

Beban Belajar dan Praktik yang Melelahkan

Residen yang sudah diterima pun tidak bisa bernafas lega. Pendidikan dokter spesialis dikenal sangat berat. Jam kerja panjang, kesiagaan 24 jam, hingga tuntutan akademis membuat banyak residen mengalami kelelahan dan stres. Burnout bukan hal asing di dunia PPDS.

Distribusi Tak Merata

Setelah lulus, masalah baru muncul: tidak semua daerah siap menampung dokter spesialis. Sebagian besar terkonsentrasi di kota besar, sementara daerah terpencil masih kesulitan mengakses layanan spesialis karena keterbatasan fasilitas kesehatan dan dukungan pemerintah daerah.

Pemerintah Bergerak: Gandeng ACGME Internasional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun