Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kelezatan Laksa Malaysia di KL Sentral yang Nempel di Hati

17 Agustus 2025   06:59 Diperbarui: 17 Agustus 2025   06:59 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masakan laksa - Kompas.com

Dalam lawatan terakhir saya ke Petaling Jaya, sempat mampir sebentar di KL Sentral di Bukit Bintang untuk mengisi perut. Saya orangnya sederhana dalam hal makan---bukan picky eater. Apapun yang matang dan halal, saya bisa menikmatinya.

Di food court KL Sentral, deretan makanan Indonesia berjajar rapi. Menariknya, sebagian besar penjual adalah pekerja migran dari Indonesia. Saat itu saya mengenakan batik, dan penjaga warung menyapa saya dengan bahasa Melayu yang aksen Jawanya masih terasa. Tanpa pikir panjang, saya membalas dengan bahasa Jawa, sambil bercanda ringan. Senyum mereka, hangat dan familiar, membuat suasana terasa seperti sedang di rumah sendiri.

Akhirnya, pilihan saya jatuh pada Laksa Malaysia, karena memenuhi dua kriteria favorit saya: mie dan kuah. Sejak kecil, saya memang doyan mie, apalagi jika dicampur kuah santan yang kaya rasa---mengingatkan saya pada kuah opor bebek buatan ibu.

Saya memesan dua mangkok Laksa---satu untuk saya, satu lagi untuk "cacing-cacing" di perut saya yang protes sejak lama karena belum mendapat asupan gizi. 

Laksa itu dimasak langsung di depan saya, di sebuah dapur kecil yang bersih dan rapi. Aroma rempah langsung tercium begitu kompor listrik menyala. Satu per satu bahan dimasukkan dengan teratur---mie ditata, tauge dicemplungkan, daun kesum dan potongan ikan ditaburkan, sambil sesekali diaduk pelan di atas panci panas. Saya bisa melihat uap hangat mengepul, membawa wangi santan, asam, dan sedikit pedas yang menggoda.

Penjaga warung tampak cekatan, tangannya lincah mengambil bahan, mengaduk kuah, dan menakar rempah dengan insting yang sudah terasah bertahun-tahun. Proses yang sederhana tapi magis ini membuat saya merasa seperti menyaksikan pertunjukan kecil---setiap langkah ada ritmenya sendiri, dan akhirnya sebuah mangkok Laksa siap untuk diseruput.

Aroma rempah yang hangat, gurih, dan sedikit pedas langsung menguar begitu mangkok Laksa tiba di depan saya. Uapnya mengepul, menyelimuti meja dan seolah memanggil saya untuk segera menyeruput. Setiap suapan mie yang kenyal diselimuti kuah santan yang creamy membuat saya tersenyum sendiri---seolah membawa pulang sejumput kenangan masa kecil, ketika Ibu membuat kuah opor atau soto yang hangat.

Laksa Malaysia sendiri menawarkan pengalaman rasa yang kaya dan berlapis. Ada perpaduan asam segar dari asam jawa atau jeruk nipis, gurihnya santan, manis halus dari bumbu, dan pedas yang menggelitik lidah. Setiap sendok adalah kejutan kecil---kadang asam mendominasi, kadang pedas yang tipis muncul, semuanya berpadu harmonis.

Baik Laksa Asam maupun Laksa Lemak, keduanya menghadirkan karakter unik yang patut dicoba oleh pecinta kuliner. Laksa bukan sekadar makanan; ia adalah cerita yang dituangkan dalam mangkok---kenangan, budaya, dan rasa yang mengikat setiap penikmatnya pada momen itu. Menikmati Laksa di KL Sentral bukan hanya mengisi perut, tapi juga memberi rasa hangat yang mengingatkan saya pada rumah dan perjalanan hidup yang sederhana namun memuaskan.

Sambil menyeruput kuah terakhir, saya menyadari---makanan itu lebih dari sekadar mengisi perut. Ada cerita, ada nostalgia, ada kehangatan kecil yang menempel di setiap sendok. Di tengah kesibukan Petaling Jaya, Laksa ini memberi jeda sejenak: hangat, familiar, dan menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun