Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menafkahi untuk Orangtua: Antara Kewajiban Anak dan Realitas Rumah Tangga

16 Agustus 2025   23:30 Diperbarui: 16 Agustus 2025   23:40 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ubur-ubur ikan lele, Bapak-simbok wis tuwo lee! - Kreasi AI

Orangtua kita perlahan menua. Rambut mereka memutih, langkahnya tidak lagi sekuat dulu, dan produktivitasnya berkurang seiring usia. Kalau dulu merekalah yang menafkahi, kini justru kita yang dituntut menjadi penopang.

Sebagai anak, khususnya anak laki-laki, ada rasa tanggung jawab moral sekaligus religius untuk tetap membantu mereka. Tapi realitanya, setelah menikah, muncul persoalan baru: dari sekian penghasilan yang ada, berapa sebenarnya yang bisa—dan sebaiknya—disisihkan untuk orangtua? Apakah jumlahnya harus tetap, atau bisa fleksibel menyesuaikan kondisi?

Lebih jauh lagi, bagaimana cara kita mengomunikasikan hal itu kepada pasangan? Apakah topik ini sudah sempat dibicarakan sebelum memutuskan menikah, atau baru muncul setelah rumah tangga berjalan?

Nominal: Fleksibel atau Tetap?

Saat berbicara tentang memberi nafkah kepada orangtua, hal pertama yang sering ditanyakan adalah: “Sebenarnya, idealnya berapa?”

Jawabannya, tentu saja, relatif. Tidak ada angka baku yang bisa dipukul rata untuk semua orang. Ada yang menyisihkan persentase tertentu dari gaji—misalnya 5–10% setiap bulan—supaya terasa lebih proporsional dengan pendapatan. Ada juga yang memilih angka tetap, seperti Rp500 ribu atau Rp1 juta per bulan, sehingga lebih mudah diatur dalam budgeting rumah tangga.

Namun, tak sedikit pula yang melakukannya secara tidak menentu: memberi lebih banyak ketika ada rezeki tambahan, atau memberi seadanya ketika keuangan rumah tangga sedang ketat.

Beberapa faktor yang biasanya memengaruhi besar kecilnya nominal ini antara lain:

  1. Kondisi Keuangan Orangtua
    Jika orangtua masih punya penghasilan tetap—misalnya dari pensiunan—anak biasanya hanya membantu di momen tertentu, seperti ketika ada biaya kesehatan mendadak. Sebaliknya, jika orangtua sudah benar-benar tidak punya pemasukan, anak sering merasa wajib mengalokasikan pos khusus untuk mereka.

  2. Jumlah Saudara
    Apabila anak banyak, biasanya beban bisa dibagi rata. Namun, dalam praktiknya, sering kali ada satu atau dua anak yang menjadi “penopang utama”. Ini juga memengaruhi besar kecilnya nominal yang disisihkan.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
    Lihat Lyfe Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun