Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hikmah Pagi: Keserakahan adalah Cermin Perilaku Pemimpin Zalim

15 Agustus 2025   05:00 Diperbarui: 15 Agustus 2025   01:40 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manusia serakah-Kreasi AI

Salah satu bentuk keserakahan pemimpin adalah memberlakukan kenaikan pajak yang tidak masuk akal, tanpa mempertimbangkan daya tahan ekonomi rakyatnya. Pajak yang semestinya menjadi sarana pembangunan justru berubah menjadi beban yang menjerat, karena dirancang bukan demi kesejahteraan bersama, melainkan demi memenuhi ambisi anggaran atau memperkaya segelintir pihak. Kebijakan semacam ini menunjukkan betapa jauhnya hati pemimpin dari rasa empati, dan betapa mudahnya kekuasaan digunakan untuk menekan yang lemah demi menguntungkan yang kuat.

Pagi ini, di hari Jumat yang penuh keberkahan, mari kita melihat realitas yang kadang pahit: masih banyak pemimpin daerah yang lebih sibuk mengamankan keuntungan pribadi dan kelompoknya ketimbang memikirkan kemaslahatan rakyat. Mereka berdiri di podium berbicara soal pembangunan, tapi di balik meja mereka menandatangani proyek-proyek yang menguntungkan kantong sendiri.

Keserakahan ini bukan hanya masalah individu, tapi juga penyakit sosial. Saat pemimpin berlaku zalim, kezaliman itu menjalar. Ia menjadi teladan buruk yang diserap bawahannya, lalu merembes ke kehidupan sehari-hari masyarakat. Rakyat pun belajar bahwa untuk sukses, yang dibutuhkan bukan kejujuran atau kerja keras, tapi kelicikan dan koneksi.

Padahal, Rasulullah sudah memperingatkan: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim). Kekuasaan bukan hadiah untuk dinikmati, tapi amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.

Al-Qur'an pun mengingatkan dengan tegas: "Dan janganlah kamu memakan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim..." (QS. Al-Baqarah: 188). Ayat ini adalah peringatan keras bagi siapa pun yang menggunakan kekuasaan untuk menghalalkan cara demi mengumpulkan kekayaan.

Namun, di balik kritik pada pemimpin, kita pun perlu bercermin. Jangan-jangan, di lingkup kecil kita, kita juga berlaku zalim. Mungkin kita mengambil hak orang lain, memanfaatkan posisi untuk kepentingan pribadi, atau memimpin tanpa rasa adil. Sebab, kezaliman tidak lahir di puncak kekuasaan begitu saja---ia sering berawal dari kebiasaan kecil yang dibiarkan.

Keserakahan adalah cermin. Ia memantulkan wajah asli kita sebagai manusia: apakah kita hamba yang qana'ah (merasa cukup) atau budak nafsu yang tak pernah puas? Di dunia, keserakahan mungkin membawa kemewahan sesaat, tapi di akhirat ia akan berubah menjadi beban berat yang tak mampu kita pikul.

Maka, marilah kita jadikan hari ini sebagai pengingat: kekuasaan itu amanah, harta itu titipan, dan jabatan adalah ujian. Sebab pada akhirnya, tidak ada mahkota yang kita bawa ke liang lahat, kecuali amal baik dan keadilan yang kita tegakkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun