Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wolo-Wolo Kuwato: Keteguhan Batin di Tengah Dunia yang Gaduh

25 Juni 2025   11:00 Diperbarui: 25 Juni 2025   06:38 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasehat ibu - Kreasi AI

Di tengah kehidupan yang serba cepat, riuh, dan bising ini, kadang manusia hanya ingin satu hal: kuat. Bukan kuat fisik, tapi kuat batin. Dan dalam budaya Jawa, kekuatan seperti itu kerap dimohonkan lewat satu doa singkat tapi dalam:
"Wolo-wolo kuwato."

Ungkapan ini sering terdengar lirih, dibisikkan dalam doa, atau dilontarkan sesama orang tua saat menghadapi musibah, cobaan, atau situasi yang tak menentu. Dunia boleh gaduh, tapi semoga hati tetap teguh.

Makna dalam Doa

"Wolo-wolo" menggambarkan suasana yang gaduh, riuh, penuh tekanan. Bisa berarti keramaian dunia, konflik batin, cobaan hidup, atau situasi sosial yang penuh gejolak.
Sementara "kuwato" adalah bentuk harapan—agar tetap kuat, tetap tegak, tetap selamat dari terpaan.

Ini bukan doa untuk menghindari masalah, melainkan doa untuk dikuatkan dalam menghadapinya.

“Duh Gusti, lelakon urip urip kok koyo ngene, e yo wolo-wolo kuwato.” adalah doa spontan khas wong Jawa yang keluar dari kedalaman hati saat hidup terasa berat, ruwet, dan serba njlimet. Nada pasrah, tapi juga ada kekuatan batin yang luar biasa di baliknya.

Kalimat itu bukan sekadar keluhan, tapi bentuk tunduk yang elegan. Bukan menyerah, tapi mengakui bahwa hidup ini bukan hal kecil. Dan bahwa satu-satunya cara untuk tetap tegak adalah memohon kuwat—kuat lahir dan batin.

Keteguhan Batin sebagai Budaya Jawa

Dalam falsafah kejawen, kekuatan sejati tidak diukur dari otot, jabatan, atau suara lantang. Yang lebih utama adalah keteguhan batin, atau yang dikenal dengan istilah kuwat atine. Kekuatan ini muncul dari keheningan, dari tirakat, dari tapa ngrasa, dan dari kemampuan menahan diri ketika dunia memprovokasi.

Wolo-wolo kuwato adalah bentuk tawakal khas Jawa: tidak pasrah, tapi berserah. Tidak menyerah, tapi menerima dengan daya juang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun