Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Remehkan IQ: Dunia Berdiri di Atas Bahu Mereka yang Cerdas

16 Juni 2025   07:00 Diperbarui: 16 Juni 2025   07:14 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini, makin sering kita dengar ungkapan seperti, "IQ nggak penting, yang penting attitude." Atau, "Pintar akademis percuma, kalau nggak bisa sosialisasi." Seolah-olah, kecerdasan akademik itu hanya milik kutu buku yang tak berguna di dunia nyata. Padahal, narasi seperti ini berbahaya dan salah kaprah.

Coba kita jujur sebentar:
Listrik yang kita pakai? Ditemukan dan dikembangkan oleh orang ber-IQ tinggi.
Internet? Kerja kolosal para ilmuwan dan insinyur jenius.
Smartphone di tanganmu? Produk dari riset, algoritma, dan logika tingkat tinggi.
Obat dan vaksin yang menyelamatkan hidup? Hasil dari bertahun-tahun pendidikan dan pengujian oleh para dokter dan ilmuwan yang cerdasnya bukan main.

Semua kenyamanan hidup modern --- dari pesawat terbang, jembatan, satelit, hingga AI  --- adalah buah karya manusia yang memiliki IQ tinggi. Mereka mungkin tidak viral, tidak populer di TikTok, tapi merekalah pilar peradaban kita.

Apakah kecerdasan sosial dan emosional penting? Tentu saja! Tapi bukan berarti IQ jadi tidak relevan. Justru di era kompleks saat ini, kita butuh sinergi antara IQ, EQ, dan SQ (spiritual quotient). Tapi tidak adil dan keliru kalau IQ dijatuhkan begitu saja hanya karena sebagian orang tidak nyaman dengan standar berpikir kritis dan logis.

Bayangkan kalau semua orang bangga menjadi "biasa saja" dan menolak berpikir sulit. Siapa yang akan mengembangkan teknologi pangan? Siapa yang akan menyelesaikan krisis iklim? Siapa yang akan menciptakan solusi untuk kemacetan kota, atau merancang sistem edukasi masa depan?

Maka, mari kita hargai semua bentuk kecerdasan, tanpa mencela pentingnya IQ. Dunia butuh lebih banyak orang pintar --- bukan untuk jadi sombong, tapi untuk membawa terang di zaman yang makin gelap oleh hoaks dan kesembronoan berpikir.

Bukan Cuma Sabar: Edison Menyalakan Dunia Karena Cerdas

Kisah Thomas Edison sering disederhanakan secara lebay di media sosial. Katanya, "Edison gagal ribuan kali bikin lampu, tapi karena dia sabar, akhirnya berhasil."
Lalu diakhiri dengan kalimat motivasi murahan: "Lihat, sabar itu kuncinya, bukan pintar."

Sebentar... mari kita pikir logis.

Edison memang sabar. Tapi kesabarannya berdiri di atas fondasi IQ tinggi, logika tajam, dan pemahaman ilmiah. Dia bukan orang yang asal coba-coba tanpa teori. Dia tahu bahan apa yang diuji, kenapa bahan itu dipilih, dan apa yang harus diamati setiap kali gagal. Bayangkan kalau Edison hanya sabar, tapi tak mengerti listrik, konduktivitas, dan material...
Dia akan sabar selamanya dalam gelap!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun