Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurikulum Merdeka: Dikritik Sekeras-kerasnya Didukung Sebesar-besarnya

3 April 2024   16:55 Diperbarui: 4 April 2024   07:47 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kurikulum merdeka. Sumber: KOMPAS/SUPRIYANTO

Dalam debat pro-kontra kurikulum merdeka yang dilaksanakan beberapa waktu lalu oleh akun Instagram "Jangan Jadi Guru", salah seorang narasumber dalam closing statementnya mengucapkan kalimat menarik yang cukup mencuri perhatian. Beliau Pak Usman Djabar berkata bahwa kurikulum merdeka harus dikritik sekeras-kerasnya sekaligus didukung sebesar-besarnya. Kalimat itu seakan mengiaskan maksud bahwa memang disadari sepenuhnya kurikulum merdeka ini disana-sini masih terdapat kekurangan.

Selayaknya sesuatu program yang baru diluncurkan tentu masih butuh banyak perbaikan dan penyempurnaan. Tetapi betapapun kurikulum merdeka masih jauh dari kata sempurna setidaknya kurikulum ini membuka pintu harapan untuk mengantarkan pendidikan indonesia menuju ke arah yang lebih baik dan lebih berdampak pada tumbuh kembang anak didik. 

Karena kurikulum ini menawarkan keleluasaan dan fleksibilitas dalam penerapannya pada pembelajaran. Dan dengan konsep profil pelajar pancasilanya kurikulum ini juga diharapkan mampu membentuk karakter anak Indonesia menjadi pribadi yang lebih baik, luhur budi pekerti dan akhlak mulianya. Sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Jika ditarik pada perspektif yang lebih luas, sejatinya kurikulum merdeka merupakan perwujudan dari pandangan filosofi pendidikan yang digagas Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara sendiri merupakan tokoh pendidikan beraliran humanistik. Yaitu aliran pendidikan yang berusaha untuk membangkitkan potensi-potensi dalam diri manusia. Sebagaimana diyakini aliran humanistik berpandangan bahwa setiap manusia memiliki minat, bakat dan potensinya masing-masing. Singkatnya aliran ini ingin melihat manusia dalam konteks yang utuh. Dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Sehingga dengan adanya proses pendidikan diharapkan segala potensi, bakat dan minat yang terpendam dalam diri manusia bisa dieksplorasi dan dikembangkan agar membentuk manusia itu sendiri menjadi paripurna sesuai dengan karakterikstiknya. Aliran pendidikan humanistik ini sangat akomodatif terhadap keunikan dan keanekaragaman bakat dan minat anak didik. Ciri khas dari aliran pendidikan humanistik adalah proses belajar yang berpusat pada murid (student learning centered).


Kurikulum Merdeka Sebagai Suatu "Produk"

Diakui atau tidak kurikulum merdeka adalah suatu produk kebijakan pemerintahan presiden Jokowi yang lahir di bawah Kemendikbudristek pimpinan menteri Nadiem Makarim. Kurikulum ini diresmikan di tahun 2022 dan otomatis menggantikan kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2013. Sebagai suatu produk kebijakan tentu pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek wajib untuk mensosialisasikannya secara luas kepada khalayak masyarakat. Agar masyarakat dan stakeholder terkait (seperti guru, dinas pendidikan, orangtua siswa, dan sebagainya) itu memahami tentang seluk beluk kurikulum merdeka. Memahami bagaimana produk yang bernama kurikulum merdeka ini bisa dipakai atau diimplementasikan pada tataran praksis. Maka diadakanlah sosialisasi dan pelatihan-pelatihan implementasi kurikulum merdeka dimana-mana.

Sebetulnya dalam konteks ini wajar saja. Memang sudah seharusnya begitu. Karena bagaimana khalayak akan paham dan mengerti tentang kurikulum merdeka jika tidak diperkenalkan, tidak disosialisasikan, dan tidak diujicobakan pada cakupan yang lebih sempit? Dengan gencarnya berbagai pelatihan pun tidak menjadi sebuah jaminan jika para guru dan sekolah selaku pelaksana teknis di lapangan akan paham. Apalagi jika semangat dalam mengikuti pelatihan-pelatihan itu semata hanya karena alasan formalitas: supaya dapat sertifikat. Sertifikat pelatihan yang nantinya bisa dipakai sebagai bukti dukung dalam urusan penilaian kinerja guru dan kepala sekolah.

Pemerintah memang terlihat sangat masif dalam sosialisasi kurikulum merdeka. Pelatihan online dan offline digelar dimana-mana. Berbagai praktik baik dan testimoni pun berserakan di internet. Praktik baik dan testimoni tentang dampak positif penerapan kurikulum merdeka dalam pembelajaran. 

Seakan ingin menegaskan bahwa kurikulum merdeka adalah kurikulum yang tepat dan sangat cocok untuk pendidikan Indonesia masa kini. Yang mana para pelaku testimoni ini juga dari kalangan guru sendiri. Guru penggerak dan para pengajar praktik juga tak luput menjadi penyambung lidah dari pemerintah yang sangat vokal dalam menggaungkan program merdeka belajar termasuk kurikulum merdeka di dalamnya.

Ilustrasi guru dan murid dalam pembelajaran | Sumber : www.depositphotos.com
Ilustrasi guru dan murid dalam pembelajaran | Sumber : www.depositphotos.com

Nyanyian Para Pengkritik

Kebijakan apapun yang diambil dalam sebuah negara demokrasi berpotensi menuai pro dan kontra. Itu sangat wajar karena dalam alam demokrasi kebebasan berpendapat adalah hal yang dijamin oleh undang-undang. Adanya kaum oposan merupakan suatu keniscayaan dalam negara bersistem demokrasi. Justru sangat aneh jika sebuah negara demokrasi tapi nir oposan. Kaum-kaum pengkritik ini dengan leluasa mendapat ruang berbicara dan berpendapat selayaknya warga negara lainnya.

Kurikulum merdeka tentu tidak lepas dari analisa kritis dan tajam dari berbagai kalangan. Khususnya bagi kalangan guru selaku pelaksana teknis di lapangan adalah menjadi pihak yang paling gencar bersuara terkait kurikulum ini. Baik dari sisi pro maupun kontra. Sangat bisa dipahami karena guru lah yang merasakan langsung bagaimana kurang dan lebihnya kurikulum ini diterapkan dalam pembelajaran.

Para pengkritik berpendapat bahwa sejatinya kurikulum merdeka ini sama saja dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Ia hanya ganti kulit saja. Ganti istilah saja. Misal dulu ada dikenal istilah namanya KI-KD sekarang diganti CP. Dulu ada istilah silabus sekarang diganti ATP. 

Dulu ada istilah RPP sekarang diganti Modul Ajar (MA) dan seterusnya padahal esensinya sama saja. Toh kalau bicara konsep pendidikan yang berpihak pada murid sejak dulu, sejak kurikulum CBSA juga sudah dikenal konsep yang sama. Bukankah CBSA sendiri merupakan singkatan dari Cara Belajar Siswa Aktif? Kan sama saja konsepnya berpusat pada siswa (Student Learning Centered). Karena itu merupakan ciri khas dari kurikulum yang menganut aliran pendidikan humanistik. Filosofinya ada disana.

Di sisi lain para pengkritik juga kerap mengatakan bahwa yang diviralkan dalam berbagai unggahan sosial media hanya keberhasilan penerapan kurikulum merdeka secara parsial bukan universal. Secara parsial yang dimaksud adalah keberhasilan yang diklaim di sekolah tertentu dalam situasi dan kondisi tertentu. Yang mana ini semua tidak bisa menjadi dasar untuk menggeneralisir keberhasilan penerapan kurikulum merdeka secara menyeluruh. Keberhasilan secara parsial tidak berarti serta merta mewakili keberhasilan secara universal. Hanya unsur klaim sepihak yang dibumbui dengan semangat glorifikasi agar terkesan memang kurikulum ini merupakan kurikulum terbaik dan menjadi kurikulum sapu jagad untuk seluruh wilayah Indonesia dengan segala keanekaragaman dan kesenjangannya itu.

Sikap Bijak Para Guru

Dengan tingkat disparitas dan kesenjangan yang cukup tinggi di Indonesia memang terlalu dini jika mengatakan penerapan kurikulum merdeka berhasil dan sesuai harapan. Membutuhkan kajian yang lebih mendalam tentang hal ini. Karena sejatinya keberhasilan penerapan kurikulum ujung pangkalnya ada pada guru dan sekolah selaku pelaksana teknis terdepan. Apakah guru dan sekolah sudah betul-betul memahami prinsip implementasi kurikulum merdeka ini dengan baik?

Juga apakah guru dan pihak sekolah bisa berkreasi dan berinovasi terhadap kurikulum merdeka ini yang konon bersifat fleksibel dalam penerapannya? Karena saya yakin dan percaya bahwa setiap sekolah memiliki situasi dan kondisinya masing-masing. Yang tidak bisa disamaratakan antara satu sekolah dengan sekolah lain. Sekolah di perkotaan tentu akan berbeda situasi dan kondisinya dengan sekolah di pedesaan. Sekolah Dasar (SD) tentu berbeda situasi dan kondisi dengan SMP dan SMA. Baik dari sisi ketercukupan tenaga pengajar, sarana prasarana dan faktor-faktor pendukung lainnya.

Jika dianalogikan kurikulum merdeka ini adalah sebuah resep masakan, maka guru dan sekolah berperan sebagai koki. Koki yang harus bisa meramu dan meracik bagaimana resep masakan ini bisa menjadi sebuah hidangan enak dan lezat untuk di sajikan dan dikonsumsi. Baik dengan bahan makanan yang mewah tersedia melimpah ataupun dengan bahan makanan yang seadanya dan pas-pasan. Di situlah tantangannya. Karena kembali lagi bahwa situasi dan kondisi setiap sekolah itu sangat berbeda.

Agar dapat menyajikan kurikulum merdeka dengan apik dan luar biasa sesuai harapan maka tentu dibutuhkan sikap bijak dan mental kerja keras dari guru dan pihak sekolah. Segala apa yang diidealkan oleh pemerintah dalam implementasi kurikulum merdeka ini hanya akan menjadi harapan dan cita-cita semu jika para guru dan pihak sekolah enggan untuk membuka diri dan berinovasi.

Saya selalu percaya satu hal bahwa jika ingin memajukan kapal besar bernama pendidikan Indonesia ini dibutuhkan mental pejuang dan pekerja keras. Tidak bisa hanya dengan menunggu dan menunggu instruksi dan kemudian berjalan dengan sendirinya maka pendidikan akan maju. Tidak! Pendidikan akan maju jika semua pihak bekerja keras dan berjuang pada ranah cakupannya masing-masing. 

Dibutuhkan kerja keras dan kreatifitas tinggi dari guru dan sekolah guna mengatasi tantangan-tantangan yang ada. Dan sayangnya sikap bijak semacam ini juga masih menjadi ganjalan serta PR besar dalam dunia pendidikan kita. Kurikulum merdeka wajar jika dikritik sekeras-kerasnya. Karena memang para guru yang merasakan langsung dampak penerapannya di lapangan. Tetapi lebih jauh dari itu kurikulum ini juga membutuhkan dukungan dan komitmen kita bersama agar bisa berhasil dalam penerapannya.

Guru tetaplah guru yang tugas utamanya adalah mendidik dan mengajar para siswanya. Apapun kurikulumnya berapa kali jua kurikulum itu dibongkar pasang dan digonta-ganti. Tugas guru tetaplah sama : mendidik dan mengajar siswa. Jangan sampai kita hanya ribut di permukaan tetapi menjadi lupa bahwa kita semua para guru harus melaksanakan tugas mulia tadi guna mengantarkan para siswa kita menjadi generasi penerus bangsa yang unggul dan beradab. Selamat berjuang para guru Indonesia. Tetap semangat dan salam blogger persahabatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun