Mohon tunggu...
priska febriana16
priska febriana16 Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya Hoby menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketidakmampuan Membaca ( Disleksia ) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Anak

24 Juni 2025   20:30 Diperbarui: 24 Juni 2025   20:17 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketidakmampuan Membaca (Disleksia) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Anak
Fika Safitri, Faris Naufal Ali, Eva Latipah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: [vikasafitry97@gmail.com](mailto:vikasafitry97@gmail.com)


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan disleksia pada anak dan
mengeksplorasi penerapan serta penanganannya untuk meminimalkan dampak negatif terhadap
perkembangan anak. Dengan menggunakan pendekatan penelitian pustaka (library research) dan
metode deskriptif kualitatif, peneliti menganalisis sumber primer dari buku Innovations in
Educational Psychology serta berbagai literatur pendukung lainnya. Hasilnya menunjukkan bahwa
disleksia merupakan gangguan belajar dalam membaca yang tidak disebabkan oleh penglihatan,
pendengaran, atau kecerdasan, melainkan karena gangguan pemrosesan informasi di otak.


Pendahuluan
Disleksia merupakan gangguan belajar yang ditandai dengan ketidakmampuan membaca dan
menulis, meskipun individu memiliki kecerdasan normal. Gangguan ini bukan akibat keterbatasan
sensorik atau motivasi, tetapi disebabkan oleh masalah pemrosesan bahasa dalam otak. Data
menunjukkan bahwa antara 3% hingga 20% anak mengalami kesulitan membaca, dan sebagian
besar tidak mampu mengejar ketertinggalan ini tanpa intervensi yang tepat. Prevalensi disleksia
diperkirakan mencapai 5--10% anak usia sekolah secara global.


Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) dengan pendekatan deskriptif
kualitatif. Sumber utama yang digunakan adalah buku Innovations in Educational Psychology
karya David Preiss dan Robert J. Sternberg, serta literatur sekunder yang relevan. Analisis
dilakukan melalui studi dokumenter dan validitas diuji dengan teknik kredibilitas, transferabilitas,
dan konfirmabilitas.


Hasil dan Pembahasan
1. Sifat dan Asal Usul Disleksia
Disleksia berasal dari bahasa Yunani dys (tidak memadai) dan lexis (kata), yang berarti "kesulitan
menggunakan kata". Anak-anak disleksia mengalami hambatan dalam membaca, menulis, dan
mengeja meskipun memiliki kemampuan kognitif normal. Gejala ini bukan akibat penglihatan atau
pendengaran yang buruk, melainkan masalah dalam mengolah informasi linguistik secara
neurologis.
2. Teori Linguistik dan Disleksia
Gangguan membaca ini terkait dengan kelemahan dalam proses fonologis dan morfologis,
seperti kesulitan mengenali bunyi huruf (fonem), menyusun bunyi menjadi kata, dan memahami
struktur kata (morfem). Aspek ortografi, yaitu sistem ejaan dan simbol-simbol tertulis, juga sangat
terkait. Anak disleksia cenderung kesulitan dalam mengingat bentuk kata dan pengucapannya
secara otomatis.
3. Fonologi dan Kesadaran Fonologis
Fonologi adalah aspek penting dalam kemampuan membaca. Anak disleksia biasanya
memiliki kesulitan dalam kesadaran fonologis, seperti membedakan kata yang mirip bunyinya
(misal: "palu" vs "paku"). Penelitian menunjukkan bahwa kesadaran fonologis, memori fonologis,
dan kecepatan penamaan sangat memengaruhi kemampuan membaca.
4. Alat Ukur dan Diagnosis Dini
Salah satu alat diagnosis disleksia yang efektif adalah CTOPP (Comprehensive Test of
Phonological Processing), yang dapat digunakan pada rentang usia 5--24 tahun. Untuk anak
prasekolah, digunakan TOPEL (Test of Preschool Early Literacy), yang menilai kesadaran cetak
dan fonologis. Identifikasi dini memungkinkan intervensi lebih cepat dan tepat sasaran.
5. Intervensi dan Peran Orang Tua
Metode intervensi yang telah terbukti seperti Simultaneous Multisensory Teaching dapat
meningkatkan kemampuan membaca dan menulis anak disleksia. Peran guru dan orang tua sangat
penting dalam memberikan dukungan emosional dan akademik. Orang tua juga harus memahami
kondisi anak, menyesuaikan harapan, serta mendukung dengan strategi belajar yang sesuai.


Kesimpulan
Pemahaman terhadap disleksia telah berkembang dari pandangan sempit menjadi pengakuan
bahwa ini adalah gangguan pemrosesan bahasa yang kompleks. Kesulitan membaca tidak selalu
berarti rendahnya kecerdasan. Identifikasi dini dan pendekatan yang tepat secara fonologis,
morfologis, dan ortografis dapat membantu anak disleksia untuk tetap berkembang optimal. Sinergi
antara guru, orang tua, dan lembaga pendidikan sangat diperlukan untuk memastikan anak-anak ini
mendapatkan akses pendidikan yang inklusif dan adil.


Daftar Pustaka
* Preiss, D., & Sternberg, R. J. (2010). Innovations in Educational Psychology.
* Shaywitz, S. (2000). Overcoming Dyslexia.
* Wagner, R. et al. (1997).Phonological Processing and Reading Ability.
* Arif, N. (2019). Kunci Mendidik dan Mengasuh Anak Disleksia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun