Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Gadis Jepang

11 September 2017   10:26 Diperbarui: 11 September 2017   17:21 1554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sahabat Baca

"Kamu menulis apa?" Tanyanya pada suatu kesempatan.
"Menurutmu?"
"Novel? Cerita pendek?"
"Puisi," jawabku singkat.
"Berarti kamu pria yang manis."
"Apa di Jepang, setiap pria yang menulis puisi, kamu anggap manis?"
"Tidak mudah menulis puisi, bukan? Mereka biasanya pendiam."
 "Aku tak tahu banyak tentang puisi Jepang. Aku hanya tahu Basho..."  kataku sambil mengingat haiku-haiku yang pernah ditulisnya. "Puisiku tak  seperti puisi Basho...."
"Seperti apa?"
"Kamu ingin mendengarnya?"

Akina mengangguk. Tak ada puisiku dalam bahasa Inggris. Aku meminta waktu sebentar untuk menerjemahkan
puisiku.

Kau adalah rahasia yang tak pernah diucapkan musim semi
Setelah setiap helai daun yang pernah mukim di bumi gugur
Tak ada pengetahuan yang dapat kucerna, meski
Terkadang cinta datang sebelum pengetahuan

Kubacakan  lirik itu dengan pelan dengan kepala tertunduk. Aku tak bisa membaca  puisi seperti gaya ala deklamasi puisi, bersuara lantang atau berteriak  penuh semangat. Aku membaca puisi seperti aku membaca segala hal.
Aku tak tahu bagaimana perasaan Akina setelah mendengarku.

"Sudah kuduga..." katanya.
"Apa?"
"Kamu romantis."
"Lalu apa kamu suka pria romantis?"

Tiba-tiba  saja kuucapkan pertanyaan itu. Pipi Akina yang putih tiba-tiba seperti  terlalu banyak dipakaikan make up. Dia tidak menjawabku sama sekali. Dia  malah mengipasi tubunya dengan kencang. Akina pernah bilang Jakarta  begitu panas. Setiap hari yang sudah dia jalani seperti musim panas di  Jepang.

Namun pikiranku malah melayang ke adegan-adegan berbikini.  Musim panas adalah surga bagi pria Jepang, karena mereka akan berlibur  ke pantai, dan di sanalah, para gadis akan memakai bikini...two  pieces...yang dengan sempurna akan menampakkan perut langsing mereka.

Kutatap Akina, dan aku terpaksa meneguk ludah.

Satu  hari. Dua hari. Tiga hari. Hingga tujuh hari berlalu, tetapi tak pernah  ada waktu untuk mengobrol berdua dengan Akina. Para gadis tidur di  lantai atas. Kami tidak punya banyak waktu berinteraksi selain saat  sarapan, atau sesi-sesi diskusi yang harus kami ikuti. Waktu kami hampir  habis.

Akina turun dari tangga. Ia suka sekali memakai kaos putih  dipadukan dengan celana pendek. Rambutnya basah. Tidak perlu kujelaskan  kalau ia pasti habis mandi.

Aku menatapnya lebih lama dari  biasanya. Aku tak tahu apa ia sadar aku menatapnya. Semua pria di  ruangan langsung menggodanya. Terutama seorang pria dari Palembang, yang  rajin sekali menggombalinya. Padahal dia sudah punya istri---ah, sungguh  tak tahu malu. Pria dari Filipina bahkan terang-terangan menyebut  nama-nama seperti Sora Aoi, Miyabi, dan Akina hanya tertawa mendengar  mereka semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun