Mohon tunggu...
Fath Qanitah
Fath Qanitah Mohon Tunggu... -

a happy muslimah, a good daughter, student, and.. I can't give up, it's not an option. :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Biru (1)

5 Juni 2011   00:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:51 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Musim hujan 2002.

NaZ ;

Gerimis tipis..hanya seperti benang2 halus yang turun dari langit. Tak ada bunyi tik tik, hanya serpihan yang terasa menyapa kulit ketika berada dibawahnya.

Aku menikmati gerimis itu dari koridor atas ruang kelasku. Indah sekali..

Biru ;

Pelajaran terakhir yang membosankan. Tapi aku berharap tetap duduk manis seperti ini sampai kapanpun. Diluar hujan. Hanya gerimis siy,, tapi siapa yang bisa menjamin hujan akan turun seperti itu terus hingga aku sampai dirumah. Bisa jadi kan hujan turun deras tepat disaat bel terakhir berdering. Itu tandanya aku tidak bisa duduk manis lagi ditempatku ini. Yang dapet tugas piket hari besok, pasti akan segera mengangkat kursi2 ke atas meja,, sambil teriak-teriak “it’s time to be cleaning service.. misi om..misi tante.. misi nyonyah,, inem nyapu dulu ye..”. dan itu artinya aku tak bisa melihatnya lagi.
oh..Siapakah dia?,, sungguh lembut daripada gerimis yang turun disore ini. Seperti bidadari yang muncul diantara mendung.. meskipun selembut gerimis,, tapi aku yakin ia bukan makhluk halus. Kakinya menapak ubin kok. Tubuhnya tinggi semampai, berbalut seragam panjang putih abu serta jilbab putih yang memberi kesan hangat dimusim hujan begini..

Bidadari itu berdiri di koridor tepat didepan pintu kelasku. Pandangannya terarah pada gerimis disore itu. Memandang lepas ke tanah lapang yang ramah menyambut gerimis. Gerimis yang membuat tanah lapang sekolah kami menjadi basah dan lebih hidup. Ruang kelasku dilantai atas, jadi memang indah nian pemandangan hujan dari koridor atas, apalagi gerimis sore hari. Ditambah seorang bidadari diujung koridor, hmm.. sungguh romatis. Itulah mengapa aku jadi tidak ingin saat ini cepat berlalu..

Ups, bidadari itu beranjak ke dalam kelasnya yang ternyata bersebelahan dengan ruang kelasku. Lalu kembali lagi ke tempat semula ia berdiri – dimana aku bisa memandangnya dengan jelas- diatangannya kini ada notes kecil dan pulpen. Lihatlah itu, ia mulai menulis!. Aku yakin ia menulis puisi indah yang menggambarkan suasana sore ini. Ah, bidadariku.. kau romantis juga rupanya..

**

Namanya Naz. Nazura Azra tepatnya. Nama nan indah bukan?. Aku baru tahu sepuluh menit yang lalu. Benar dugaanku, ia penghuni kelas sebelah. Hampir tiga tahun mengecap pendidikan disekolah ini, baru kusadari ada makhluk seindah itu *cuilee... Tapi untunglah, ini baru pekan pertama aku duduk dikelas tiga. Masih ada beberapa bulan untuk mengenalnya lebih dekat. Uhuy!.

bersambung...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun