Mohon tunggu...
Primawati Kusumaningrum
Primawati Kusumaningrum Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga | Blogger | Freelance writer

Seorang ibu rumah tangga yang senang menulis dan belajar hal baru | Literacy enthusiast | Tertarik pada isu politik, sosial, budaya, sejarah, lingkungan, sains, dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Cara Saya "Menghadirkan" Peran dan Sosok Ayah bagi Anak Meski Menjalani Long Distance Marriage

16 Juni 2025   14:21 Diperbarui: 16 Juni 2025   15:19 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang anak perempuan merangkul ayahnya. Sumber: Freepik/Freepik

Pernah, suatu kali anak saya ingin latihan berenang bersama ayahnya, namun terkendala karena urusan pekerjaan. Sebisa mungkin saya tidak mengucapkan kalimat seperti berikut: "Duh, ayah kerjanya jauh sih ya, jadi kamu ga bisa latihan sama ayah deh." 

Kalimat negatif yang kita ucapkan hanya akan membuat anak sedih dan semakin menguatkan ketidakhadiran ayah. Sebaliknya, sebisa mungkin saya berupaya agar narasi-narasi yang saya ucapkan menggunakan kalimat positif, diiringi dengan tindakan validasi terlebih dahulu. 

Sebagai contoh: "Mama paham kamu sedih karena gak bisa latihan berenang bareng ayah. Tapi ayah harus berangkat kerja. Lain kali kita rencanakan jadwal berenang di hari libur ayah ya, supaya ayah bisa nemenin kamu. Latihannya nanti jadi lebih seru."

3. Rutin berkomunikasi meski hanya secara daring.

Secara rutin, saya juga membangun kebiasaan agar anak dapat berkomunikasi dengan ayahnya meski hanya lewat telepon atau video call. Sesederhana menceritakan kejadian sehari-hari di rumah bersama saya sebagai ibunya, atau tentang keseruan bersama teman-temannya di sekolah. Harapannya, agar dapat merekatkan bonding antara ayah dan anak meski sedang terpisah jarak.

Ilustrasi seorang ibu dan anak yang melakukan video call bersama ayahnya. Sumber: Freepik/Freepik
Ilustrasi seorang ibu dan anak yang melakukan video call bersama ayahnya. Sumber: Freepik/Freepik

4. Merencanakan hal seru yang ingin dilakukan bersama saat ayah berada di rumah.

Di samping kegiatan-kegiatan rutin seperti video call, biasanya saya juga merencanakan hal-hal seru yang akan dilakukan oleh anak saat ayahnya pulang nanti. Biasanya, saya memancing anak dengan pertanyaan dan kalimat seperti berikut:

"Apa yang ingin kamu lakukan saat ayah pulang nanti? Kalau Mama, ingin mengajak ayah hiking lihat air terjun. Pasti seru banget kalau kita bisa pergi bertiga. Menurut kamu gimana?"

Dengan merencanakan kegiatan bersama, anak akan lebih bersemangat untuk menyambut kedatangan ayahnya, karena ia tahu akan menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama-sama.

5. Melibatkan ayah dalam kegiatan pengasuhan anak.

Pada kondisi LDM, seringkali ayah merasa ketinggalan banyak hal tentang tumbuh kembang anaknya sehingga menyebabkan ayah merasa tidak dilibatkan dalam kegiatan pengasuhan. Menciptakan kegiatan rutin bersama ayah dapat menjadi salah satu solusi.

Seperti yang keluarga saya lakukan misalnya, yaitu dengan mengadakan special night bersama ayah saat bed time story. Tidak masalah jika ayah membacakan buku atau mendongeng dengan gaya yang agak sedikit nyeleneh, selama anak merasa kegiatan tersebut menyenangkan.

Ilustrasi seorang ayah yang sedang membacakan buku untuk anaknya. Sumber: Freepik/Freepik.
Ilustrasi seorang ayah yang sedang membacakan buku untuk anaknya. Sumber: Freepik/Freepik.

6. Melibatkan anggota keluarga seperti kakek dan paman sebagai figur ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun