Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menggugat Aturan Plagiarisme Kompasiana dengan Teori Repetisi dan Orisinalitas

6 April 2021   07:25 Diperbarui: 6 April 2021   07:46 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski suatu ide telah ada dan dieksplorasi sebelumnya, tidak berarti perspektif kita tentang ide itu tidak berharga (ilustrasi diolah pribadi)

Dalam dunia penulisan ada istilah swaplagiat atau self-plagiarism. Porsinya, jika merujuk standar penulisan ilmiah, minimal 35%.

Mengutip pendapat pribadi sama hukumnya dengan mengutip pendapat orang lain.

Persoalannya, apakah pengelola memahami kaidah self-plagiarism? Entahlah.

Sebahagian itu sepadan dengan separuh. Lebih detail lagi, setengah. Jika dipersentasekan, separuh berarti 50%. Itu berbeda dengan mengutip pendapat pribadi. Bukan juga swaplagiat.

Ketentuan ini mesti ada perincian turunannya. Jika tidak, otiritarianisme muncul. Penulis akan kehilangan "ghiroh". Sederhananya, pupus gairah. -- Khrisna Pabhicara dalam komentarnya di grup WhatsApp Kompasianer Berbalas. 

Saya tak hendak membela diri. Tapi memang benar ada yang salah dengan konteks dan bunyi redaksi aturan Kompasiana tersebut. Seperti yang dikatakan Daeng Khrisna, apakah pengelola (Kompasiana) memahami kaidah self-plagiarism?

Di luar itu, penggunaan kata "sebagian" dalam redaksi aturan tersebut juga membingungkan. Kata "sebagian" bersifat ambigu atau multitafsir. Ada yang mengartikan separuh atau setengah, bisa pula berarti "bagian dari isi", berapa pun porsinya.

Jika Kompasiana melarang penulisnya mengunggah kembali sebagian konten yang sudah ditayangkan Kompasiana, itu sama artinya Kompasiana membunuh kreativitas penulisnya. Karena di dunia ini, tidak ada yang orisinal. Semua karya kreatif yang dibuat seniman, setiap penemuan yang diciptakan ilmuwan merupakan pengulangan atau repetisi dari ide atau karya kreatif yang sudah ada sebelumnya. 

Teori Pemikiran Murni

Mark Twain, penulis buku legendaris The Adventures of Tom Sawyer berpendapat bahwa tidak ada yang namanya "ide baru". Dia menganggapnya mustahil. Menurut Twain, kita hanya memegang beberapa ide yang ada sebelumnya dan memasukkannya ke dalam semacam kaleidoskop mental.

Mark Twain menggunakan analogi kaleidoskop karena pada dasarnya pola pikir manusia memang seperti kaleidoskop. Kita terus memutar kaleidoskop yang kemudian menghasilkan kombinasi (ide atau pemikiran) baru. Namun seperti yang dikeluhkan Mark Twain dalam otobiografinya, "mereka adalah pecahan kaca berwarna lama yang telah digunakan selama berabad-abad".

Mark Twain bukan satu-satunya yang menolak orisinalitas murni: bahwa tidak ada pemikiran baru, bahwa segala sesuatu yang layak dipikirkan telah dipikirkan sebelumnya. Setiap buku yang ditulis, setiap lagu yang dinyanyikan, adalah produk dari pemikiran dan gagasan lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun